Jumat, 23 Juli 2010
Warga 17 Kecamatan Di Cirebon Tuntut Kabupaten Baru
Warga 17 kecamatan di wilayah Cirebon Timur menuntut adanya pembentukan kabupaten baru. Mereka menginginkan daerahnya tidak lagi berbentuk kecamatan yang menginduk pada Kabupaten Cirebon.
Warga mengaku, keinginan membentuk kabupaten sendiri didorong oleh beberapa faktor. Namun yang paling utama adalah selalu "dianaktirikan" Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, sehingga 17 kecamatan tersebut sulit untuk maju.
Salah satunya adalah alokasi dana APBD Kabupaten Cirebon yang tidak pernah mengutamakan warga Cirebon Timur. Padahal, untuk membangun wilayah Cirebon Timur, dibutuhkan dana yang tidak sedikit.
"Dalam APBD 2010 saja, Cirebon Timur itu hanya diberi 27,8 persen. Padahal kebutuhan kami banyak. Seperti jalan misalnya, sangat hancur, dan itu butuh dana untuk perbaikan," ujar salah seorang tokoh dari Cirebon Timur, Iing Parikhin di sela-sela aksi unjuk rasa yang digelar puluhan perwakilan warga Cirebon Timur di depan kantor DRPD dan Bupati Cirebon, Rabu (5/5/2010).
Ironisnya, kata Iing, alokasi dana APBD 27,8 persen itu tidak sebanding dengan apa yang telah dimanfaatkan Pemkab Cirebon dari daerah timur. Pasalnya, banyak sumber daya alam yang dimiliki Cirebon Timur dikeruk untuk kepentingan Pemkab dan jajarannya.
"Salah satu buktinya adalah bukit Azimut. Bukit yang sejak dahulu kala dikenal dengan keindahannya, kini sudah tidak ada lagi. Bentuknya sudah berubah karena terus-terusan dieksplorasi pasir dan kekayaan alamnya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," tutur Iing.
Selain bukit Azimut, banyak juga daerah perbukitan di Astanajapura yang dimanfaatkan untuk galian pasir. Ratusan truk mengangkut pasir setiap hari dari daerah tersebut, namun tidak ada keuntungan sedikit pun yang dirasakan warga setempat.
"Yang ada, truk-truk pengangkut pasir itu menghancurkan jalan yang melintas di daerah kami," katanya.
Iing mengungkapkan, keinginan memisahkan diri dari Kabupaten Cirebon sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Warga pun berkali-kali mengusulkannya kepada Pemkab dan DPRD Cirebon. Namun hingga saat ini, belum ada hasilnya.
"Malah kita keduluan sama Kabupaten Bandung Barat, padahal usulannya bareng," kata Iing.
Keinginan memekarkan diri dari Kabupaten Cirebon disampaikan puluhan perwakilan warga Cirebon Timur ke kantor DPRD dan Bupati Cirebon di Sumber. Sayang, aspirasi warga tidak mendapat respon maksimal dari anggota DPRD maupun Bupati Cirebon. Pasalnya, Bupati Dedi Supardi dan sejumlah anggota dewan sedang ada di Depok untuk kepentingan MTQ Jawa Barat.
Hanya ada tiga anggota dewan yang menemui warga. Mereka adalah Agus Efendi, Hermanto dan Yuningsih. Di hadapan warga, tiga anggota dewan itu sepakat menerima aspirasi warga dan akan membahasnya di dewan.
"Kami akan sampaikan sampai ke tingkat menteri," kata Agus Efendi.
Namun untuk bisa sampai pada keputusan pemekaran, jelas Yuningsih, diperlukan waktu cukup lama. Sebab, dibutuhkan kajian untuk sebuah daerah menjadi kabupaten. "Apakah layak atau tidak," katanya.(*)
Sumber :
http://www.tribunnews.com/2010/05/06/warga-17-kecamatan-di-cirebon-tuntut-kabupaten-baru+kabupaten+cirebon+timur&cd=12&hl=id&ct
6 Mei 2010
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Cirebon
http://students.ukdw.ac.id/~22022902/kabupaten.jpg
Kec. Pangenan Kab. Cirebon Jadi Zona Industri
Kecamatan Pangenan Kab. Cirebon direncanakan menjadi zona industri. Dalam rancangan pembangunan Kabupaten Cirebon, lahan yang direncanakan untuk zona industri sekitar 3 336 Hektar. Dan di kecamatan ini pula direncanakan dibangun pelabuhan Internasional lengkap dengan dok perbaikan dan pembuatan kapal.
Lihat Peta Lebih Besar
Rencana zona industri itu, menurut Camat Pangenan, Nanang S, meliputi enam desa yaitu Astana Mukti, Pengarengan, Rawa Urip, Bendungan, Ender dan Pangenan. Masalah Zona Industri ini menunggu revisi Rencana Tata Ruang Wilayah dari Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kab. Cirebon.Selain itu, Kec. Pangenan juga terkenal karena menjadi pusat persediaan batu bara untuk Jawa Barat, Ada sekitar delapan stock file batu bara di sini. Tapi menurut Camat, keberadaan usaha penyediaan batu bara ini belum memberi kontribusi pemasukan ke kas daerah, selain dari biaya izin saja. aop
Sumber :
Harian Ekonomi Neraca, dalam:
http://bataviase.co.id/node/136777
19 Maret 2010
Lihat Peta Lebih Besar
Rencana zona industri itu, menurut Camat Pangenan, Nanang S, meliputi enam desa yaitu Astana Mukti, Pengarengan, Rawa Urip, Bendungan, Ender dan Pangenan. Masalah Zona Industri ini menunggu revisi Rencana Tata Ruang Wilayah dari Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kab. Cirebon.Selain itu, Kec. Pangenan juga terkenal karena menjadi pusat persediaan batu bara untuk Jawa Barat, Ada sekitar delapan stock file batu bara di sini. Tapi menurut Camat, keberadaan usaha penyediaan batu bara ini belum memberi kontribusi pemasukan ke kas daerah, selain dari biaya izin saja. aop
Sumber :
Harian Ekonomi Neraca, dalam:
http://bataviase.co.id/node/136777
19 Maret 2010
Lahan Kritis Kabupaten Cirebon Mencapai 3.834 Hektare (Greged, Losari, Gebang, Astanajapura)
Luas lahan kritis di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mencapai 3.834,45 hektare. Berbagai program dilakukan untuk mengatasi lahan kritis tersebut.
Berdasarkan data yang dhimpun dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan (P3K) Kabupaten Cirebon, Jumat (16/7), luas lahan kritis tersebut terdiri dari 2.307,07 hektare lahan kritis yang terdapat di darat, sedangkan di pantai terdiri dari 1.527,38 hektare.
Lahan kritis itu tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Cirebon, di antaranya di Kecamatan Greged yang mencapai 385 hektare, Kecamatan Losari seluas 338 hektare, Kecamatan Gebang, Kecamatan Astanajapura, serta Kecamatan Dukuhpuntang.
Kepala Dinas P3K Kabupaten Cirebon, Ali Effendi saat dikonfirmasi mengungkapkan pihaknya setiap tahun telah berupaya untuk mengurangi lahan kritis yang ada di Kabupaten Cirebon. "Salah satunya dengan penanaman pohon keras seperti yang baru-baru ini dilakukan di daerah Beber," katanya.
Penanaman tersebut antara lain bertujuan agar daerah itu nantinya bisa menjadi daerah resapan air sehingga saat kemarau penduduk sekitar tidak mengalami kekurangan air.
Selain itu pihaknya pun telah melakukan program penanaman pohon, di antaranya pohon mangga di pekarangan rumah warga. "Kita berusaha untuk memanfaatkan lahan yang sedikit lahan yang kosong di pekarangan rumah untuk ditanam pohon, " katanya.
Dipilih pohon mangga karena saat berbuah bisa dijual atau pun dimakan sendiri oleh penghuni rumah. "Jadi manfaatnya banyak, bisa sebagai tambahan perekonomian keluarga atau pun memenuhi kebutuhan vitamin keluarga itu sendiri," katanya.
Ivansyah
Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/07/16/brk,20100716-263924,id.html
16 Juli 2010
Berdasarkan data yang dhimpun dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan (P3K) Kabupaten Cirebon, Jumat (16/7), luas lahan kritis tersebut terdiri dari 2.307,07 hektare lahan kritis yang terdapat di darat, sedangkan di pantai terdiri dari 1.527,38 hektare.
Lahan kritis itu tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Cirebon, di antaranya di Kecamatan Greged yang mencapai 385 hektare, Kecamatan Losari seluas 338 hektare, Kecamatan Gebang, Kecamatan Astanajapura, serta Kecamatan Dukuhpuntang.
Kepala Dinas P3K Kabupaten Cirebon, Ali Effendi saat dikonfirmasi mengungkapkan pihaknya setiap tahun telah berupaya untuk mengurangi lahan kritis yang ada di Kabupaten Cirebon. "Salah satunya dengan penanaman pohon keras seperti yang baru-baru ini dilakukan di daerah Beber," katanya.
Penanaman tersebut antara lain bertujuan agar daerah itu nantinya bisa menjadi daerah resapan air sehingga saat kemarau penduduk sekitar tidak mengalami kekurangan air.
Selain itu pihaknya pun telah melakukan program penanaman pohon, di antaranya pohon mangga di pekarangan rumah warga. "Kita berusaha untuk memanfaatkan lahan yang sedikit lahan yang kosong di pekarangan rumah untuk ditanam pohon, " katanya.
Dipilih pohon mangga karena saat berbuah bisa dijual atau pun dimakan sendiri oleh penghuni rumah. "Jadi manfaatnya banyak, bisa sebagai tambahan perekonomian keluarga atau pun memenuhi kebutuhan vitamin keluarga itu sendiri," katanya.
Ivansyah
Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/07/16/brk,20100716-263924,id.html
16 Juli 2010
Peningkatan Daya Saing Mangga Melalui Kerjasana Dengan IJEPA (Greged, Sedong)
Mangga (Mangifera indica L) merupakan komoditas yang sangat populer dimata masyarakat Indonesia. Disamping itu mangga Indonesia memiliki peluang untuk mengisi pasar internasional, karena mangga Indonesia mempunyai kekhasan tersendiri, khususnya mangga Arumanis 143 dan mangga Gedong Gincu. Mangga Varietas Gedong Gincu merupakan varietas Mangga yang cukup menjanjikan untuk pasar modern maupun pasar internasional karena warna kulit buahnya yang berwarna kuning jingga dan kemerahan dan rasanya manis keasaman dengan aroma yang harum. Provinsi Jawa Barat merupakan sentra poduksi Mangga terbesar setelah Jawa Timur dengan sentra utama di Kabupaten Cirebon, Majalengka dan Indramayu. Kawasan/Belt Mangga ini merupakan kawasan laboratorium/percontohan.
Pangsa pasar utama mangga adalah negara- negara di Timur Tengah, Asia Timur dan Eropa Barat. Di samping kawasan tersebut sebetulnya masih terdapat beberapa negara yang berpotensi untuk di jadikan sasaran ekspor mangga seperti : China, Jepang, Eropa dan Australia. Namun karena ketatnya persyaratan impor dari negara tujuan tersebut produk Mangga Indonesia belum mampu menempus pasar negara tersebut. Salah satu kendala yang sering menjadi penghambat masuknya produk Mangga Indonesia ke mancanegara adalah adanya serangan lalat buah (Fruit Fly) yang mengakibatkan buah Mangga bermutu rendah karena mengalami kerusakan/busuk.
Dalam rangka mengeliminir sekecil mungkin kerusakan yang diakibatkan oleh serangan lalat buah maka diperlukan bantuan peralatan Vapor Heat Treatmen (VHT). Direktorat Jenderal Hortikultura telah merintis kerjasama dengan pemerintah Jepang melalui Indonesia Japan Economic Partnership for Agreement (IJEPA). Melalui program kerjasama ini direncanakan Pemerintah Jepang memberikan bantuan peralatan VHT untuk mengantisipasi serangan lalat buah. Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk hal tersebut adalah :
1. Dalam tahap awal Pemerintah Jepang telah mengirimkan Tim Ahli untuk melakukan kunjungan ke Indonesia untuk mendiskusikan dengan Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Karantina Pertanian serta untuk melaksanakan survey lokasi sentra produksi Mangga dan kesiapan Balai Besar Pramalan OPT Jatisari untuk mengoperasikan VHT. Kunjungan tersebut juga sekaligus untuk mengkonfirmasikan tentang usulan/proposal yang pernah disampaikan kepada Pemerintah Jepang.
2. Survey lapangan telah dilakukan ke Kabupaten Cirebon pada tanggal 13-15 Januari 2009. Adapun lokasi yang dikunjungi adalah :
a. Kebun mangga yang dikelola kelompok tani “Sukamulia” seluas 25 Ha di Desa Sedong Lor, Kecamatan Sedong
b. Kebun Mangga yang dikelola kelompok tani “ Karang Wuni” seluas 60 Ha di Desa Sedong Lor, Kecamatan Sedong.
c. Kedua kebun ini adalah merupakan Kebun Mangga (Gedong Gincu) yang dikembangkan melalui proyek IHDUA / JBIC pada tahun 1997 – 2002.
d. Packing House yang dikelola oleh kelompok tani “Buah Segar Manis” di Kecamatan Greged, Cirebon
e. Packing House “CV. Sumber Buah Sae” di Kecamatan Kedawung, Cirebon.
Kedua Packing House ini pada saat kunjungan dilakukan tidak ada yang beraktivitas karena Mangga belum panen. Untuk sementara kedua Packing House ini digunakan untuk komoditas Duku dan Salak yang didistribusikan di kawasan Cirebon. Selanjutnya kunjungan dilanjutkan ke Karantina Pelabuhan Cirebon untuk melihat kesiapan sarana/fasilitas perkarantinaan dalam upaya mengantisipasi penerapan peralatan VHT
3. Pertemuan di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon untuk mendiskusikan beberapa hal teknis termasuk kesiapan daerah dalam pelaksanaan program ini. Pada kesempatan ini Dinas Pertanian dari 3 lokasi telah menyampaikan data informasi potensi masing-masing dan kondisi agribisnis Mangga saat ini. Telah dibahas pula beberapa hal yang nantinya akan dituangkan dalam Minute of Meeting berupa jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan apabila alat tersebut telah direalisasikan.
Berbagai institusi terkait dalam kerjasama ini adalah Badan Karantina Pertanian, Direktorat Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat , serta Kelompok Tani Mangga, asosiasi produsen mangga dll. Untuk itu maka koordinasi dan sinergisme antarinstitusi ini sangat menentukan pada keberhasilan dan dampak positif dari kerjasama ini.
Sumber :
http://www.hortikultura.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=225&Itemid=2
13 Februari 2009
Pangsa pasar utama mangga adalah negara- negara di Timur Tengah, Asia Timur dan Eropa Barat. Di samping kawasan tersebut sebetulnya masih terdapat beberapa negara yang berpotensi untuk di jadikan sasaran ekspor mangga seperti : China, Jepang, Eropa dan Australia. Namun karena ketatnya persyaratan impor dari negara tujuan tersebut produk Mangga Indonesia belum mampu menempus pasar negara tersebut. Salah satu kendala yang sering menjadi penghambat masuknya produk Mangga Indonesia ke mancanegara adalah adanya serangan lalat buah (Fruit Fly) yang mengakibatkan buah Mangga bermutu rendah karena mengalami kerusakan/busuk.
Dalam rangka mengeliminir sekecil mungkin kerusakan yang diakibatkan oleh serangan lalat buah maka diperlukan bantuan peralatan Vapor Heat Treatmen (VHT). Direktorat Jenderal Hortikultura telah merintis kerjasama dengan pemerintah Jepang melalui Indonesia Japan Economic Partnership for Agreement (IJEPA). Melalui program kerjasama ini direncanakan Pemerintah Jepang memberikan bantuan peralatan VHT untuk mengantisipasi serangan lalat buah. Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk hal tersebut adalah :
1. Dalam tahap awal Pemerintah Jepang telah mengirimkan Tim Ahli untuk melakukan kunjungan ke Indonesia untuk mendiskusikan dengan Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Karantina Pertanian serta untuk melaksanakan survey lokasi sentra produksi Mangga dan kesiapan Balai Besar Pramalan OPT Jatisari untuk mengoperasikan VHT. Kunjungan tersebut juga sekaligus untuk mengkonfirmasikan tentang usulan/proposal yang pernah disampaikan kepada Pemerintah Jepang.
2. Survey lapangan telah dilakukan ke Kabupaten Cirebon pada tanggal 13-15 Januari 2009. Adapun lokasi yang dikunjungi adalah :
a. Kebun mangga yang dikelola kelompok tani “Sukamulia” seluas 25 Ha di Desa Sedong Lor, Kecamatan Sedong
b. Kebun Mangga yang dikelola kelompok tani “ Karang Wuni” seluas 60 Ha di Desa Sedong Lor, Kecamatan Sedong.
c. Kedua kebun ini adalah merupakan Kebun Mangga (Gedong Gincu) yang dikembangkan melalui proyek IHDUA / JBIC pada tahun 1997 – 2002.
d. Packing House yang dikelola oleh kelompok tani “Buah Segar Manis” di Kecamatan Greged, Cirebon
e. Packing House “CV. Sumber Buah Sae” di Kecamatan Kedawung, Cirebon.
Kedua Packing House ini pada saat kunjungan dilakukan tidak ada yang beraktivitas karena Mangga belum panen. Untuk sementara kedua Packing House ini digunakan untuk komoditas Duku dan Salak yang didistribusikan di kawasan Cirebon. Selanjutnya kunjungan dilanjutkan ke Karantina Pelabuhan Cirebon untuk melihat kesiapan sarana/fasilitas perkarantinaan dalam upaya mengantisipasi penerapan peralatan VHT
3. Pertemuan di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon untuk mendiskusikan beberapa hal teknis termasuk kesiapan daerah dalam pelaksanaan program ini. Pada kesempatan ini Dinas Pertanian dari 3 lokasi telah menyampaikan data informasi potensi masing-masing dan kondisi agribisnis Mangga saat ini. Telah dibahas pula beberapa hal yang nantinya akan dituangkan dalam Minute of Meeting berupa jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan apabila alat tersebut telah direalisasikan.
Berbagai institusi terkait dalam kerjasama ini adalah Badan Karantina Pertanian, Direktorat Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat , serta Kelompok Tani Mangga, asosiasi produsen mangga dll. Untuk itu maka koordinasi dan sinergisme antarinstitusi ini sangat menentukan pada keberhasilan dan dampak positif dari kerjasama ini.
Sumber :
http://www.hortikultura.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=225&Itemid=2
13 Februari 2009
Kondisi Kawasan Lindung Bukit Azimut Rusak Parah (Waled)
Bukit Azimut di Desa Waled Asem, Kecamatan Waled, Cirebon kondisinya kini memprihatinkan. Kawasan lindung itu hancur oleh penambangan yang dilakukan para pengusaha yang menyuplai kebutuhan material untuk pembangunan jalan tol Kanci-Pejagan. Usaha reklamasi bukit itu pun hingga tenggat di akhir bulan ini tak kunjung selesai.
Bukit Azimut yang semula memiliki tinggi 50 hingga 60 meter itu saat ini sudah dipapas dan menjadi daerah yang curam dengan kemiringan hingga 80 persen. Luas areal galian mencapai 5,2 hektar.
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Cirebon sebenarnya sudah memberikan kesempatan kepada 4 perusahaan yang melakukan penggalian di bukit tersebut untuk melakukan reklamasi.
Mereka diberi tenggat untuk mereklamasi bukit itu hingga 30 Juni. Namun hingga kemarin kawasan yang direklamasi baru mencapai 20 persen.
Kepala BLHD Kabupaten Cirebon, Iskukuh, mengungkapkan hari ini tim yang antara lain terdiri BLHD, PSDA dan Tamben serta dinas terkait lainnya saat ini tengah meninjau bukit tersebut. "Besok baru kami akan rapat untuk mengambil langkah lebih lanjut," katanya.
Secara terpisah, Bupati Cirebon, Dedi Supardi, saat dikonfirmasi mengungkapkan jika sebenarnya sejak dahulu Bukit Azimut tidak diperbolehkan untuk digali. "Jadi pengusahanya harus dikenakan sanksi hukum," katanya.
IVANSYAH
Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/06/30/brk,20100630-259780,id.html
30 Juni 2010
Bukit Azimut yang semula memiliki tinggi 50 hingga 60 meter itu saat ini sudah dipapas dan menjadi daerah yang curam dengan kemiringan hingga 80 persen. Luas areal galian mencapai 5,2 hektar.
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Cirebon sebenarnya sudah memberikan kesempatan kepada 4 perusahaan yang melakukan penggalian di bukit tersebut untuk melakukan reklamasi.
Mereka diberi tenggat untuk mereklamasi bukit itu hingga 30 Juni. Namun hingga kemarin kawasan yang direklamasi baru mencapai 20 persen.
Kepala BLHD Kabupaten Cirebon, Iskukuh, mengungkapkan hari ini tim yang antara lain terdiri BLHD, PSDA dan Tamben serta dinas terkait lainnya saat ini tengah meninjau bukit tersebut. "Besok baru kami akan rapat untuk mengambil langkah lebih lanjut," katanya.
Secara terpisah, Bupati Cirebon, Dedi Supardi, saat dikonfirmasi mengungkapkan jika sebenarnya sejak dahulu Bukit Azimut tidak diperbolehkan untuk digali. "Jadi pengusahanya harus dikenakan sanksi hukum," katanya.
IVANSYAH
Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/06/30/brk,20100630-259780,id.html
30 Juni 2010
Mata Air Kering, Rusa dan Babi Hutan Turun ke Ladang (Pasaleman)
Rusa dan babi hutan di hidup di hutan sekitar Gunung Tilu perbatasan Cirebon di Jawa Barat, dan Brebes di Jawa Tengah mulai turun ke ladang warga. Keringnya mata air dan kian sempitnya habitat mereka diduga menjadi penyebab turunnya binatang hutan tersebut.
Dua hari ini, warga mendapati rusa berada di sekitar mata air Jamberancak, Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon. Mata air Jamberancak hanya berada sekitar 500 meter dari rumah penduduk di desa itu. Rusa juga kerap berkeliaran di lahan tebu Desa Karoya, Pasaleman.
"Rusa juga terlihat di ladang karoya, tiga hari lalu. Punya tanduk bercabang tiga, tapi saya dekati langsung lari," kata Dasrib, pengumpul kayu dari desa Sumber Kidul Kecamatan Babakan.
Dedi, aktivis lingkungan Palasa Grage mengakui tidak hanya rusa yang terlihat turun dari hutan, babi hutan pun juga ikut turun. Mereka bahkan tidak hanya berada di ladang melainkan masuk ke perkampungan.
Menurut dedi, turunnya binatang hutan menandakan adanya ketidakberesan di habitat mereka. Dalam sepuluh tahun terakhir hutan tempat rusa dan babi hutan berubah menjadi ladang. Mata air pun kini selalu mongering di musim kemarau.
Sumber:
Siwi Yunita Cahyaningrum
http://megapolitan.kompas.com/read/2009/11/06/18062312/Mata.Air.Kering..Rusa.dan.Babi.Hutan.Turun.ke.Ladang
6 November 2009
Dua hari ini, warga mendapati rusa berada di sekitar mata air Jamberancak, Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon. Mata air Jamberancak hanya berada sekitar 500 meter dari rumah penduduk di desa itu. Rusa juga kerap berkeliaran di lahan tebu Desa Karoya, Pasaleman.
"Rusa juga terlihat di ladang karoya, tiga hari lalu. Punya tanduk bercabang tiga, tapi saya dekati langsung lari," kata Dasrib, pengumpul kayu dari desa Sumber Kidul Kecamatan Babakan.
Dedi, aktivis lingkungan Palasa Grage mengakui tidak hanya rusa yang terlihat turun dari hutan, babi hutan pun juga ikut turun. Mereka bahkan tidak hanya berada di ladang melainkan masuk ke perkampungan.
Menurut dedi, turunnya binatang hutan menandakan adanya ketidakberesan di habitat mereka. Dalam sepuluh tahun terakhir hutan tempat rusa dan babi hutan berubah menjadi ladang. Mata air pun kini selalu mongering di musim kemarau.
Sumber:
Siwi Yunita Cahyaningrum
http://megapolitan.kompas.com/read/2009/11/06/18062312/Mata.Air.Kering..Rusa.dan.Babi.Hutan.Turun.ke.Ladang
6 November 2009
Cirebon Belum Siap Dimekarkan
Pemekaran daerah di Kabupaten Cirebon belum siap dilakukan. Ini
karena pendapatan asli daerah (PAD) daerah tersebut belum mencukupi.
Demikian diungkapkan Bupati Cirebon Dedi Supardi, Rabu (16/6), untuk menanggapi gencarnya tuntutan pemekaran Wilayah Timur Cirebon (WTC) oleh sebagian kelompok warga.
"Pemekaran di Kabupaten Cirebon belum siap dilakukan," katanya.
Dijelaskan Dedi, sebagai kepala daerah dirinya sama sekali tidak bermaksud untuk menghalangi pemekaran di WTC. "Pemekaran daerah justru merupakan aspirasi dari masyarakat yang harus dihargai. Itu pun merupakan hak politik masyarakat," katanya. Namun pemekaran WTC, menurut Dedi, belum layak dilakukan karena saat ini daerah tersebut baru menyumbang 30% Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Cirebon. "Mungkin sekitar 5 tahun lagi baru siap (pemekaran)," katanya.
Selain itu, Dedi pun meminta agar pemekaran dilakukan sesuai dengan mekanisme yang ada. Di antaranya terlebih dahulu harus ada persetujuan dari Badan Perwakilan Daerah (BPD), sejumlah tokoh masyarakat termasuk anggota DPRD Kabupaten Cirebon.
"Jadi tidak perlu berdemo lagi. Lakukan pemekaran sesuai dengan mekanisme dan perundang-undangan yang berlaku,"
katanya.
Sementara itu Ketua Asosiasi BPD Kecamatan Karangsembung Karsan menyatakan ketidaksetujuannya atas rencana pemekaran wilayah timur terpisah dari Kabupaten Cirebon. Menurutnya hingga kini Kabupaten Cirebon belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri.
"Di usia yang sudah 528 tahun saja kita belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," katanya.
Karena itu, ia pun tidak setuju jika pemekaran wilayah timur Kabupaten Cirebon dilakukan dalam waktu dekat tanpa adanya
mekanisme yang harus didahului terlebih dahulu.
Seperti diketahui, selama lebih kurang sebulan ini sejumlah elemen pemuda dan masyarakat gencar melakukan aksi demo. Mereka menuntut pemekaran wilayah timur terpisah dari Kabupaten Cirebon. Alasannya, selama ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon lebih mengutamakan pembangunan di wilayah barat sehingga pembangunan di wilayah timur tertinggal jauh.
Wilayah timur Kabupaten Cirebon antara lain terdiri dari Kecamatan Mundu, Astanajapura, Karangwareng, Losari, Lemahabang, Waled, Pangenan dan Pasaleman. (UL/OL-3)
Sumber :
Nurul Hidayah
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/06/16/149320/123/101/Cirebon-belum-Siap-Dimekarkan
16 Juni 2010
karena pendapatan asli daerah (PAD) daerah tersebut belum mencukupi.
Demikian diungkapkan Bupati Cirebon Dedi Supardi, Rabu (16/6), untuk menanggapi gencarnya tuntutan pemekaran Wilayah Timur Cirebon (WTC) oleh sebagian kelompok warga.
"Pemekaran di Kabupaten Cirebon belum siap dilakukan," katanya.
Dijelaskan Dedi, sebagai kepala daerah dirinya sama sekali tidak bermaksud untuk menghalangi pemekaran di WTC. "Pemekaran daerah justru merupakan aspirasi dari masyarakat yang harus dihargai. Itu pun merupakan hak politik masyarakat," katanya. Namun pemekaran WTC, menurut Dedi, belum layak dilakukan karena saat ini daerah tersebut baru menyumbang 30% Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Cirebon. "Mungkin sekitar 5 tahun lagi baru siap (pemekaran)," katanya.
Selain itu, Dedi pun meminta agar pemekaran dilakukan sesuai dengan mekanisme yang ada. Di antaranya terlebih dahulu harus ada persetujuan dari Badan Perwakilan Daerah (BPD), sejumlah tokoh masyarakat termasuk anggota DPRD Kabupaten Cirebon.
"Jadi tidak perlu berdemo lagi. Lakukan pemekaran sesuai dengan mekanisme dan perundang-undangan yang berlaku,"
katanya.
Sementara itu Ketua Asosiasi BPD Kecamatan Karangsembung Karsan menyatakan ketidaksetujuannya atas rencana pemekaran wilayah timur terpisah dari Kabupaten Cirebon. Menurutnya hingga kini Kabupaten Cirebon belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri.
"Di usia yang sudah 528 tahun saja kita belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," katanya.
Karena itu, ia pun tidak setuju jika pemekaran wilayah timur Kabupaten Cirebon dilakukan dalam waktu dekat tanpa adanya
mekanisme yang harus didahului terlebih dahulu.
Seperti diketahui, selama lebih kurang sebulan ini sejumlah elemen pemuda dan masyarakat gencar melakukan aksi demo. Mereka menuntut pemekaran wilayah timur terpisah dari Kabupaten Cirebon. Alasannya, selama ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon lebih mengutamakan pembangunan di wilayah barat sehingga pembangunan di wilayah timur tertinggal jauh.
Wilayah timur Kabupaten Cirebon antara lain terdiri dari Kecamatan Mundu, Astanajapura, Karangwareng, Losari, Lemahabang, Waled, Pangenan dan Pasaleman. (UL/OL-3)
Sumber :
Nurul Hidayah
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/06/16/149320/123/101/Cirebon-belum-Siap-Dimekarkan
16 Juni 2010
Model Perencanaan Kawasan Pesisir Gebang Kabupaten Cirebon (Gebang)
Kawasan Pesisir Kabupaten Cirebon merupakan kawasan yang memiliki berbagai keunikan dan fungsi yang dimanfaatkan bagi pengembangan kegiatan manusia. Secara geografis mempunyai fungsi yang sangat strategis yaitu sebagai salah satu pusat kegiatan perikanan rakyat di pantai utara Pulau Jawa yang cukup ramai dan berada di perbatasan antara Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi Jawa Tengah. Selain itu tentu saja memiliki potensi yang sangat baik dalam konteks pariwisata.
Pengembangan dan pengelolaan Kawasan Pesisir Gebang akan melibatkan aspek manajemen pengembangan pesisir (coastal management). Penyediaan dan pengelolaan fasilitas kelautan dan perikanan di Kawasan Pesisir Gebang ditangani secara langsung oleh sebuah instansi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten yang bertanggungjawab terhadap terselenggaranya fungsi-fungsi pengelolaan dan pemeliharaan keberlangsungan kawasan pesisir tersebut; termasuk diantaranya adalah tanggungjawab pencarian dan pengelolaan dana yang diperoleh.
Bentuk kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat atau swasta harus dilakukan, mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah daerah, khususnya pihak Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten dalam pengembangan Kawasan Pesisir Gebang. Pola kerjasama pemerintah dan swasta ini bersifat mutualisma atau kedua belah pihak saling memperoleh keuntungan.
Pendanaan memegang peran yang amat vital di dalam pelaksanaan pengembangan kawasan pesisir yang sesungguhnya. Sebagai suatu kawasan pesisir yang diharapkan mampu mengundang investor, Kawasan Pesisir Gebang seharusnya dikembangkan sedemikian rupa sehingga akan memberikan keuntungan kepada para investor yang menanamkan modalnya di kawasan ini. Sumber-sumber pendanaan dari pemerintah tidak akan melibatkan hanya satu instansi, tetapi akan melalui lintas sektoral yang melibatkan banyak instansi. Pengelolaan obyek-obyek pendukung seperti fasilitas pertunjukkan yang memiliki potensi untuk memberikan kontribusi peningkatan ekonomi dapat diserahkan kepada pihak investor.
Permasalahan pemasaran kelautan dan perikanan pada dasarnya berbeda dengan permasalahan pemasaran barang-barang produksi. Perbedaannya adalah terletak pada karakteristik dari supply dan demand dari kegiatan investasi pengembangan kawasan pesisir dan laut itu sendiri yang paling utama dari keberhasilan pemasaran investasi adalah terletak pada pelayanan yang baik (service) terhadap para investor.
Sumber :
Ramses Nadeak
http://spatzi.wordpress.com/2008/08/04/model-perencanaan-kawasan-pesisir-gebang-kabupaten-cirebon/
Pengembangan dan pengelolaan Kawasan Pesisir Gebang akan melibatkan aspek manajemen pengembangan pesisir (coastal management). Penyediaan dan pengelolaan fasilitas kelautan dan perikanan di Kawasan Pesisir Gebang ditangani secara langsung oleh sebuah instansi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten yang bertanggungjawab terhadap terselenggaranya fungsi-fungsi pengelolaan dan pemeliharaan keberlangsungan kawasan pesisir tersebut; termasuk diantaranya adalah tanggungjawab pencarian dan pengelolaan dana yang diperoleh.
Bentuk kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat atau swasta harus dilakukan, mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah daerah, khususnya pihak Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten dalam pengembangan Kawasan Pesisir Gebang. Pola kerjasama pemerintah dan swasta ini bersifat mutualisma atau kedua belah pihak saling memperoleh keuntungan.
Pendanaan memegang peran yang amat vital di dalam pelaksanaan pengembangan kawasan pesisir yang sesungguhnya. Sebagai suatu kawasan pesisir yang diharapkan mampu mengundang investor, Kawasan Pesisir Gebang seharusnya dikembangkan sedemikian rupa sehingga akan memberikan keuntungan kepada para investor yang menanamkan modalnya di kawasan ini. Sumber-sumber pendanaan dari pemerintah tidak akan melibatkan hanya satu instansi, tetapi akan melalui lintas sektoral yang melibatkan banyak instansi. Pengelolaan obyek-obyek pendukung seperti fasilitas pertunjukkan yang memiliki potensi untuk memberikan kontribusi peningkatan ekonomi dapat diserahkan kepada pihak investor.
Permasalahan pemasaran kelautan dan perikanan pada dasarnya berbeda dengan permasalahan pemasaran barang-barang produksi. Perbedaannya adalah terletak pada karakteristik dari supply dan demand dari kegiatan investasi pengembangan kawasan pesisir dan laut itu sendiri yang paling utama dari keberhasilan pemasaran investasi adalah terletak pada pelayanan yang baik (service) terhadap para investor.
Sumber :
Ramses Nadeak
http://spatzi.wordpress.com/2008/08/04/model-perencanaan-kawasan-pesisir-gebang-kabupaten-cirebon/
Kura-kura Belawa Fauna Identitas Kabupaten Cirebon (Lemahabang)
Kura-kura Belawa adalah sejenis kura-kura langka sebab mempunyai perbedaan dalam hal: warna kulit batok hitam polos, bentuk batoknya cekung dan ukuran berat badannya. Sehingga kura-kura tersebut diduga termasuk kepada satwa langka yang perlu dilindungi.
KURA-KURA BELAWA (Amyda cartilaginea)
Nama Umum : Kuya
Nama Lain : Asiatic-softshell Turtle
Suku : Trionydae
Latar Belakang
Kura-kura Belawa adalah sejenis kura-kura langka sebab mempunyai perbedaan dalam hal: warna kulit batok hitam polos, bentuk batoknya cekung dan ukuran berat badannya. Sehingga kura-kura tersebut diduga termasuk kepada satwa langka yang perlu dilindungi.
Pertelaan
Kura-kura ini menginginkan hidup di daerah perairan tawar terutama di pegunungan. Ciri khas kura-kura Belawa yang paling menonjol adalah warna batok/tengkorak dan ukuran berat badannya.
Penampang dan ukuran kura-kura Belawa:
Warna balok hitam pekat dan polos
Bentuk batok cekung
Berat badan 20-80 Kg/ekor
Umur 2-50 tahun
Diameter badan 1 meter
Habitat dan Penyebaran
Kura-kura Belawa adalah kura-kura langka yang terdapat di Cirebon, itupun tidak di sembarang tempat. Hanya ada di Desa Belawa, di Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon, sekitar 200 kilometer dari kota Cirebon. Kura-kura Belawa termasuk hewan yang dilindungi oleh masyarakat setempat. Selain cerita keramat, keber-adaan Kura-kura Belawa juga dilindungi oleh sebuah mitos, ia tidak dapat dibawa keluar dari Desa Belawa. Apabila ada yang mencoba membawa keluar kura-kura itu, maka orang yang bersangkutan akan mendapat musibah.
Habitat kura-kura Belawa yaitu di darat dan di air. Untuk sehari-hari hidup di air, sedangkan untuk perkembangbiakannya yaitu bertelur di darat.
Kura-kura ini lebih senang hidup di air yang berlumpur, terkadang hanya berendam di dalam lumpur sepanjang harinya.
Makanan
Masyarakat memelihara kura-kura tersebut dengan diberi pakan berupa ayam, ikan asin dan singkong.
Perkembangbiakan
Kura-kura ini dalam perkembangbiakannya hampir sama dengan kura-kura lainnya yaitu melalui telur. Telur dari kura-kura tersebut pada saat ini diperjualbelikan oleh masyarakat sekitar daerah ter-sebut, oleh karenanya perlu dibuatkan suatu tempat yang memadai untuk kelangsungan hidupnya oleh pihak yang berwenang untuk menjaga kelestariannya. Hingga saat ini kura-kura tersebut terjaga dari kepunahan, karena didasarkan oleh masyarakat tabu untuk mengambil daging kura-kura dari tempatnya. Pada masa yang akan datang perlu dibuatkan habitat yang sesuai agar jenis satwa tersebut terhindar dari kepunahan.
Sumber :
http://clearinghouse.bplhdjabar.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=183%3Akura-kura-belawa-fauna-identitas-kabupaten-cirebon&catid=81%3Aidentitas-fauna&Itemid=198&lang=id
5 maret 2009
Menyibak Misteri Situs Gunung Singkil (Susukan Lebak)
Selain di Kuningan ada Situs Cipari di Cirebon pun terdapat pula situs lain yang tak kalah bersejarahnya. Situs ini adalah Situs Gunung Singkil, sebuah situs purbakala yang berlokasi di Kampung Ciawijapura, Desa Ciawijapura, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon. Secara geografis, situs ini berada pada posisi 108° 35' 792" BT dan 06° 51' 723" LS dengan ketinggian sekitar 190 m dpl, dan menempati luas sekitar 10 x 50 m.
Untuk mencapai situs Gunung Singkil ini pengunjung dapat menggunakan baik kendaraan roda dua maupun roda empat melalui Kecamatan Sumber. Begitu sampai di Kampung Ciawijapura, Desa Ciawijapura, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon karena lokasi Situs Gunung Singkil ini berada tepat di tengah-tengah areal pesawahan penduduk maka kemudian perjalanan pun harus dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui pematang sawah yang memakan waktu sekitar 10 menit.
Keberadaan situs ini sendiri pertama kali diketahui berdasarkan laporan lisan dari Musa Semiana, seorang penilik kebudayaan Kecamatan Lemah Abang, dan Dadang, yang merupakan Kepala Urusan Ekonomi dan Pengembangan Desa Ciawijapura pada tahun 1993. Dari hasil laporan itulah kemudian dilakukan peninjauan oleh Muchtar, Kepala Seksi Kebudayaan, Kantor Depdikbud Kabupaten Cirebon.
Karena letaknya yang persis di tengah-tengah areal pesawahan penduduk dan menempati sebuah bukit maka dari kejauhan pun situs ini akan sangat mudah dikenali. Benda-benda purbakala yang terdapat di situs ini sendiri adalah berupa 4 buah prasasti dari batu alam yang bertuliskan huruf China (yang salah satunya terdapat di rumah warga), bukit berbatu yang tersusun berunduk 12 teras dengan kemiringan sekitar 30° setinggi 11 meter, batu monolit 7 buah yang salah satunya merupakan susunan batu kali yang digunakan sebagai tempat sesajian.
Ketiga prasasti yang terdapat di Situs Gunung Singkil ini sendiri masing-masing sebagai berikut:
1. Prasasti pertama berada pada teras ke-6 dan bertuliskan 3 huruf Kanji yang tersusun horizontal. Isi prasasti ini sendiri menyebutkan nama orang yakni Khou See Tjoo.
2. Prasasti kedua berada pada teras ke-8. isi dari prasasti ini sendiri menyebutkan tentang seseorang yang bernama Xu Ya Xiao dari Dinasti Qing dan berasal dari Desa Xi Qi Xu Kabupaten Jie Yang, Karesidenan Chao Zou. Seperti yang tertulis dalam prasasti tersebut, beliau meninggal dan dimakamkan pada tahun 1848. Ukuran prasasti ini sendiri adalah sebagai berikut: tinggi 1,60 m, dengan panjang 3,14 m, dan dengan ketebalan 2,15 m.
3. Prasasti yang ketiga adalah sebuah prasasti yang bercerita tentang Dewi Bumi (Hou Dhu) yang ditulis dengan huruf Kanji yang melintang vertikal sebanyak satu baris. Ukuran prasasti ini sendiri adalah dengan tinggi 95 cm dan berdiameter sekitar 80 cm.
Untuk prasasti yang keempat yang tersimpan di rumah penduduk, ketika Portal Cirebon berkesempatan mendatangi rumahnya, sang empunya rumah sedang tidak ada. Jadi untuk prasasti yang keempat ini sendiri Portal Cirebon tak bisa menjabarkan baik bentuk maupun isi dari prasasti tersebut. Ketika coba mencari di mesin pencari Google pun hasilnya nihil. Mungkin ada salah satu dari pembaca yang mengetahuinya?
Dari dua prasasti yang terdapat di Situs Gunung Singkil yang menyebut nama orang di dalamnya (Khou See Tjoo dan Xu Ya Xiao) ini sendiri pun Portal Cirebon tidak begitu tahu apa dan siapa orang yang tertulis di prasasti tersebut. Minimnya literature membuat Portal Cirebon makin kesulitan untuk mengidentifikasi kedua orang tersebut. Apakah kedua orang ini merupakan utusan kerajaan, atau hanya pedagang biasa seperti lazimnya pedagang-pedagang dari China yang memang banyak berdatangan ke Kota Cirebon pada masa itu masih merupakan sebuah misteri yang harus segera terpecahkan.
Sumber :
http://portalcirebon.blogspot.com/2010/05/menyibak-misteri-situs-gunung-singkil.html
19 Mei 2010
Untuk mencapai situs Gunung Singkil ini pengunjung dapat menggunakan baik kendaraan roda dua maupun roda empat melalui Kecamatan Sumber. Begitu sampai di Kampung Ciawijapura, Desa Ciawijapura, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon karena lokasi Situs Gunung Singkil ini berada tepat di tengah-tengah areal pesawahan penduduk maka kemudian perjalanan pun harus dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui pematang sawah yang memakan waktu sekitar 10 menit.
Keberadaan situs ini sendiri pertama kali diketahui berdasarkan laporan lisan dari Musa Semiana, seorang penilik kebudayaan Kecamatan Lemah Abang, dan Dadang, yang merupakan Kepala Urusan Ekonomi dan Pengembangan Desa Ciawijapura pada tahun 1993. Dari hasil laporan itulah kemudian dilakukan peninjauan oleh Muchtar, Kepala Seksi Kebudayaan, Kantor Depdikbud Kabupaten Cirebon.
Karena letaknya yang persis di tengah-tengah areal pesawahan penduduk dan menempati sebuah bukit maka dari kejauhan pun situs ini akan sangat mudah dikenali. Benda-benda purbakala yang terdapat di situs ini sendiri adalah berupa 4 buah prasasti dari batu alam yang bertuliskan huruf China (yang salah satunya terdapat di rumah warga), bukit berbatu yang tersusun berunduk 12 teras dengan kemiringan sekitar 30° setinggi 11 meter, batu monolit 7 buah yang salah satunya merupakan susunan batu kali yang digunakan sebagai tempat sesajian.
Ketiga prasasti yang terdapat di Situs Gunung Singkil ini sendiri masing-masing sebagai berikut:
1. Prasasti pertama berada pada teras ke-6 dan bertuliskan 3 huruf Kanji yang tersusun horizontal. Isi prasasti ini sendiri menyebutkan nama orang yakni Khou See Tjoo.
2. Prasasti kedua berada pada teras ke-8. isi dari prasasti ini sendiri menyebutkan tentang seseorang yang bernama Xu Ya Xiao dari Dinasti Qing dan berasal dari Desa Xi Qi Xu Kabupaten Jie Yang, Karesidenan Chao Zou. Seperti yang tertulis dalam prasasti tersebut, beliau meninggal dan dimakamkan pada tahun 1848. Ukuran prasasti ini sendiri adalah sebagai berikut: tinggi 1,60 m, dengan panjang 3,14 m, dan dengan ketebalan 2,15 m.
3. Prasasti yang ketiga adalah sebuah prasasti yang bercerita tentang Dewi Bumi (Hou Dhu) yang ditulis dengan huruf Kanji yang melintang vertikal sebanyak satu baris. Ukuran prasasti ini sendiri adalah dengan tinggi 95 cm dan berdiameter sekitar 80 cm.
Untuk prasasti yang keempat yang tersimpan di rumah penduduk, ketika Portal Cirebon berkesempatan mendatangi rumahnya, sang empunya rumah sedang tidak ada. Jadi untuk prasasti yang keempat ini sendiri Portal Cirebon tak bisa menjabarkan baik bentuk maupun isi dari prasasti tersebut. Ketika coba mencari di mesin pencari Google pun hasilnya nihil. Mungkin ada salah satu dari pembaca yang mengetahuinya?
Dari dua prasasti yang terdapat di Situs Gunung Singkil yang menyebut nama orang di dalamnya (Khou See Tjoo dan Xu Ya Xiao) ini sendiri pun Portal Cirebon tidak begitu tahu apa dan siapa orang yang tertulis di prasasti tersebut. Minimnya literature membuat Portal Cirebon makin kesulitan untuk mengidentifikasi kedua orang tersebut. Apakah kedua orang ini merupakan utusan kerajaan, atau hanya pedagang biasa seperti lazimnya pedagang-pedagang dari China yang memang banyak berdatangan ke Kota Cirebon pada masa itu masih merupakan sebuah misteri yang harus segera terpecahkan.
Sumber :
http://portalcirebon.blogspot.com/2010/05/menyibak-misteri-situs-gunung-singkil.html
19 Mei 2010
Petani Mangga Gedong Gincu Cirebon Dibantu Jepang (Beber, Sedong, Losari, Astanajapura)
Petani mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon akan mendapatkan bantuan dari Jepang. Bantuan tersebut berupa satu unit alat pendeteksi hama lalat buah seharga Rp12 miliar. Kemarin (14/1), rombongan dari Jepang sudah mengunjungi salah satu contoh lokasi perkebunan mangga gedong gincu di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon.
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan H Ali Efendi melalui Kabid Holtikultura Dedi Rauf, mengatakan kunjungan pengusaha dari Jepang tersebut guna mengetahui secara langsung kondisi serta potensi mangga gedong gincu khususnya yang ada di Kabupaten Cirebon.
Dikatakannya, bahwa bantuan alat pendeteksi hama lalat buah tersebut sangat membantu petani karena dapat meningkatkan mutu buah dan aman dari serangan hama. Kami ingin mengekspor mangga gincu ke Jepang, tapi Jepang ingin buah yang diekspor aman dari lalat buah, sehingga mereka membantu dengan alat deteksi hama lalat buah, katanya kepada Pelita, Rabu (14/1).
Namun begitu, ia menjelaskan pihaknya belum mengetahui berapa volume ekspor mangga gedong gincu yang nantinya diminta oleh pemerintah Jepang. Mereka baru mengunjungi lokasi perkebunan, jadi kami belum tahu berapa volume ekspor yang diminta nanti, jelasnya.
Seperti diketahui, peluang ekspor mangga gedong gincu di pasar luar negeri cukup besar. Namun, peluang itu selama ini masih terganjal sejumlah kendala, di antaranya masalah hama dan pestisida. Terlebih lagi untuk memenuhi permintaan ekspor ke jepang yang menerapkan standar keamanan tinggi.
Selama ini, ekspor mangga gedong gincu baru bisa memenuhi pasar Singapura dan Timur Tengah. Disebut gedong gincu karena warna kulitnya yang merah-oranye hampir menyerupai gincu pemerah bibir wanita atau lipstik, serta bentuk buahnya bulat. Rasa dagingnya manis dengan sedikit asam sehingga terasa segar.
Mangga gedong bisa masuk pasar internasional seperti Singapura, Eropa, Timur Tengah, Kanada, bahkan Amerika Serikat. Dari data yang dihimpun Pelita menyebutkan, areal kebun mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon di Kecamatan Beber, Sedong, Losari, Astanajapura, dan Kecamatan Talun. (ck-38)
Sumber :
http://www.hupelita.com/baca.php?id=62659
23 Juli 2010
Sumber Gambar:
http://blogs.unpad.ac.id/sara/category/budidaya-dan-prospek-pemasaran-mangga-gedong-gincu/
Objek Wisata Cirebon : Indahnya Sunset di Setu Sedong
Sekilas Setu Sedong
Setu (waduk) Sedong merupakan waduk buatan di wilayah kec. Sedong Kab. Cirebon Jawa Barat. Setu ini berfungsi menampung air hujan dan sungai sebagai pengairan daerah pertanian sekitar kec. Sedong. Manfaat yang di peroleh dari setu ini begitu besar. Selain sebagai pengairan dan irigasi, Setu Sedong juga menyimpan kelebihan air pada musim hujan. Dengan kedalaman 5-10 meter, dengan luas hampir 150 hektare, jelaslah bahwa penampungan air untuk kebutuhan irigasi tercukupi, dengan syarat tidak terjadi kekeringan berkepanjangan di daerah ini.
Setu sedong dapat di kunjungi lewat dua jalur, yaitu jalur Cirebon dan jalur Sindang Laut. Dari arah Cirebon, belok kanan sedangkan dari arah Sindang Laut belok kiri. Jalan menuju Setu Sedong begitu menanjak. Pada beberapa jalan, kita melewati area persawahan yang di tumpang sari dengan tanaman Mangga. Setelah sampai, kita dapat mengitari setu sedong dari arah selatan. Di selatan area ini juga terdapat area persawahan yang begitu hijau, menambah sejuk pemandangan yang ada.
Bagi sahabat sekalian yang suka memancing, jangan khawatir, di Setu Sedong banyak ikannya. Memancing di sini tidak dipungut biaya. Dari pengalaman pemancing, lumayanlahlah untuk sekedar menghibur dengan sensasi menyentak pancingan.
Tempat yang bagus untuk melihat keseluruhan Setu Sedong adalah dengan memutar ke sebelah kiri dari jalan masuk. Kemudian akan ada semacam dermaga yang menjorok ke dalam Setu Sedong. Nah dari sini terlihat jelas keindahan setu ini.
Sebenarnya semua objek yang didukung dengan keindahan alam sekelilingnya menawarkan pesona alam yang eksotis. Namun terkadang tak seorang pun ada yang mempunyai ide brillian untuk mengembangkan daerah-daerah seperti ini menjadi kawasan hijau yang indah yang membuat orang mengunjungi tempat tersebut. Coba seandainya objek-objek keindahan alam seperti ini dioptimalkan, saya yakin akan banyak pengunjung yang datang. Karena pada dasarnya, manusia menyukai dan membutuhkan keindahan bagi jiwanya.
Setu sedong ini bagus untuk dikunjungi kapan saja. Moment yang paling tepat untuk mengunjunginya adalah sore hari. Ketika sore hari, suhu udara tidak terlalu panas. Pantulan sinar jingga dari matahari pada sore hari pada riak-riak air sungguh mampu untuk menghilangkan penat seharian sehabis bekerja, jika kita mengunjunginya setelah bekerja. Selain itu aktivitas penduduk sekitar menambah rasa haru akan keuletan para petani mengolah sawah mereka dari kecil hingga mendekati panen. Sungguh kesabaran yang hebat. Selain itu ada penggembala kerbau yang memandikan kerbaunya dengan tulus. Suatu harmonisasi alam yang sekarang jarang ditemui. Ahh, betapa hdup ini indah.
Sumber :
http://adiwickson.blogspot.com/2009/08/wisata-cirebon-setu-sedong.html
19 Agustus 2009
Penggalian Fosil Purba di Bukit Cijerey Ditunda (Sedong)
Tim arkeologi menunda penggalian fosil purba di Bukit Cijerey, Kampung Nagrag, Desa Sedong Kidul, Kecamatan Sedong, Cirebon, Jawa Barat, tanpa sebab yang jelas. Padahal, sebelumnya mereka berhasil menemukan fosil gajah purba raksasa stegodon yang diperkirakan berusia dua juta tahun dan termasuk hewan tertua di jamrud khatulistiwa kepulauan Indonesia. Bahkan, lingkungan hasil galian pun kini dipagari dengan bambu dan ditutup plastik serta dedauan. Demikian berdasarkan pemantauan SCTV di lokasi tersebut, baru-baru ini.
Sebenarnya, penggalian tim arkeolog ini sebagai tindak lanjut dari ditemukannya fosil binatang purba oleh beberapa warga Desa Sedongkidul. Menurut seorang warga, Mohamad Tamrin, sebenarnya warga secara mandiri mulai melakukan penggalian di Bukit Cijeuray dan sekitarnya sejak 1974. Tak heran, Tamrin mengaku, di sejumlah rumah warga di sana terdapat fosil purba, seperti kerbau dan gajah serta potongan-potong tulang binatang lainnya.
Namun, Tamrin mengaku, tak sedikit barang-barang temuannya dipinjam tim arkeolog dari Bandung, seperti gigi dan gading gajah. Alasannya, peminjaman itu untuk penelitian. Entah mengapa, sudah beberapa bulan terakhir benda-benda purba tersebut belum dikembalikan. Bahkan, ketika Tamrim sempat ke Museum Bandung, tak diketemukan hasil temuannya itu. Padahal, menurut Tamrin, fosil binatang purba tersebut harus tetap di Cirebon. Bahkan, ia juga berminat membuat museum atas biaya sendiri untuk menyimpan hasil temuannya.(ORS/Ridwan Pamungkas)
Sumber :
http://berita.liputan6.com/daerah/200408/83099/class='vidico'
1 Agustus 2004
Sebenarnya, penggalian tim arkeolog ini sebagai tindak lanjut dari ditemukannya fosil binatang purba oleh beberapa warga Desa Sedongkidul. Menurut seorang warga, Mohamad Tamrin, sebenarnya warga secara mandiri mulai melakukan penggalian di Bukit Cijeuray dan sekitarnya sejak 1974. Tak heran, Tamrin mengaku, di sejumlah rumah warga di sana terdapat fosil purba, seperti kerbau dan gajah serta potongan-potong tulang binatang lainnya.
Namun, Tamrin mengaku, tak sedikit barang-barang temuannya dipinjam tim arkeolog dari Bandung, seperti gigi dan gading gajah. Alasannya, peminjaman itu untuk penelitian. Entah mengapa, sudah beberapa bulan terakhir benda-benda purba tersebut belum dikembalikan. Bahkan, ketika Tamrim sempat ke Museum Bandung, tak diketemukan hasil temuannya itu. Padahal, menurut Tamrin, fosil binatang purba tersebut harus tetap di Cirebon. Bahkan, ia juga berminat membuat museum atas biaya sendiri untuk menyimpan hasil temuannya.(ORS/Ridwan Pamungkas)
Sumber :
http://berita.liputan6.com/daerah/200408/83099/class='vidico'
1 Agustus 2004
Geger Penemuan Tambang Emas di Cirebon
Ratusan orang mendatangi Dusun Pon, Desa Ciawi Gajah, Kecamatan Beber, Kabupetan Cirebon, Jawa Barat, untuk melakukan penggalian sehubungan dengan beredarnya kabar tanah di dusun tersebut mengandung butiran emas. Meski belum ada kebenaran dari kabar tersebut, namun hingga kini massa terus melakukan penggalian.
Dusun Pon mendadak menjadi desa yang paling ramai di Cirebon saat ini karena ratusan orang datang untuk menambang pasir emas di daerah tersebut. Berbagai upaya penggalian pasir dan lumpur hinga kini masih berlangsung.
Padahal menurut tim penelitian dan penggalian kabupaten Cirebon, Haji Suherman, kabar adanya tambang pasir emas di daerah tersebut masih diragukan kebenarannya sebab hingga kini tim peneliti masih terus meneliti butiran pasir yang mengandung perak dan tembaga yang ditemukna di desa tersebut.
Isu adanya tambang pasir emas di Desa Ciawi Gajah bermula ketika enam tahun lalu seorang warga desa bernama Kamal akan membuat semur. Ketika penggalian mencapai kedalaman 9 meter, Kamal menemukan butiran pasir bercampur perak. Ketika terus digali, Kamal menemukan pasir bercampur tembaga.
Untuk menyakinkan penemuannya, Kamal membawa contoh tanah dan pasir tersebut untuk diteliti, tapi belum ada hasilnya. Namun, hingga kini tersiar kabar bila digali lebih dalam lagi, tanah di desa itu akan mengandung butiran emas. Hingga berita ini diturunkan, massa masih penasaran dan terus melakukan penggalian. (Tim Liputan/Tom)
Sumber :
http://www.indosiar.com/fokus/26687/geger-penemuan-tambang-emas-di-cirebon
24 januari 2004
Dusun Pon mendadak menjadi desa yang paling ramai di Cirebon saat ini karena ratusan orang datang untuk menambang pasir emas di daerah tersebut. Berbagai upaya penggalian pasir dan lumpur hinga kini masih berlangsung.
Padahal menurut tim penelitian dan penggalian kabupaten Cirebon, Haji Suherman, kabar adanya tambang pasir emas di daerah tersebut masih diragukan kebenarannya sebab hingga kini tim peneliti masih terus meneliti butiran pasir yang mengandung perak dan tembaga yang ditemukna di desa tersebut.
Isu adanya tambang pasir emas di Desa Ciawi Gajah bermula ketika enam tahun lalu seorang warga desa bernama Kamal akan membuat semur. Ketika penggalian mencapai kedalaman 9 meter, Kamal menemukan butiran pasir bercampur perak. Ketika terus digali, Kamal menemukan pasir bercampur tembaga.
Untuk menyakinkan penemuannya, Kamal membawa contoh tanah dan pasir tersebut untuk diteliti, tapi belum ada hasilnya. Namun, hingga kini tersiar kabar bila digali lebih dalam lagi, tanah di desa itu akan mengandung butiran emas. Hingga berita ini diturunkan, massa masih penasaran dan terus melakukan penggalian. (Tim Liputan/Tom)
Sumber :
http://www.indosiar.com/fokus/26687/geger-penemuan-tambang-emas-di-cirebon
24 januari 2004
Kaukus Galang Dana Bagi Pemekaran Cirebon Timur
Kaukus Pemekaran Cirebon Timur (KPCT) menggelar gerakan pengumpulan dana peduli pemekaran Cirebon Timur "100 Rupiah dari Masyarakat, Akan Berarti untuk 100 Hari Menuju Mendagri", Minggu (16/5). Aksi tersebut diawali dengan membagi-bagikan stiker sekaligus meminta sumbangan kepada masyarakat baik para pedagang maupun awak angkutan umum.
Pengumpulan dana itu dimulai dari Pasar Mundu, Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, kemudian ke Pasar Mertapada, Pasar Cipeujeuh, Pasar Sedong, Pasar Lemah Abang, dan berakhir di Pasar Karang Sembung.
"Apa-yang kami lakukan ini semata-mata untuk mewujudkan keinginan masyarakat di wilayah Timur Cirebon yang menginginkan pemekaran. Namun, karena kami tidak memiliki dana, kami terpaksa meminta dari masyarakat," kata Ketua KPCT, Qorib Magelung Saktitar mengakui, upaya pemekaran wilayah tidak akan merugikan masyarakat yang ada di Kab. Cirebon. "Justru dengan wilayah yang semakin menciut, Pemkab Cirebon akan lebih mudah, cepat dan hemat dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat," katanya.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat wilayah Timur Cirebon yang juga anggota KPCT, H. Dade Mustafa menambahkan, apabila sudah dimekarkan, ibu kota Kab. Cirebon masih tetap di Sumber sehingga tidak akan banyak menyedot APBD. Untuk membangun fisik pemimpin Pemkab Cirebon akan lebih fokus untuk menyejahterakan masyarakat dalam irama percepatan pembangunan.
"Wacana pemekaran itu itu sudah lama dicetuskan pada tahun 1992 , di mana Pemprov Jabar telah menargetkan 42 daerah menjadi kabupaten atau kota, sementara realisasi tahun 2010 sekarang baru 26 kabupaten atau kota. Pemekaran bebas dilakukan dan ini merupakan amanat dari peraturan perundang-undangan," kata Dade. (A-146)*"
Sumber:
Pikiran Rakyat, 17 Mei 2010, dalam :
http://bataviase.co.id/node/215014
Pengumpulan dana itu dimulai dari Pasar Mundu, Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, kemudian ke Pasar Mertapada, Pasar Cipeujeuh, Pasar Sedong, Pasar Lemah Abang, dan berakhir di Pasar Karang Sembung.
"Apa-yang kami lakukan ini semata-mata untuk mewujudkan keinginan masyarakat di wilayah Timur Cirebon yang menginginkan pemekaran. Namun, karena kami tidak memiliki dana, kami terpaksa meminta dari masyarakat," kata Ketua KPCT, Qorib Magelung Saktitar mengakui, upaya pemekaran wilayah tidak akan merugikan masyarakat yang ada di Kab. Cirebon. "Justru dengan wilayah yang semakin menciut, Pemkab Cirebon akan lebih mudah, cepat dan hemat dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat," katanya.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat wilayah Timur Cirebon yang juga anggota KPCT, H. Dade Mustafa menambahkan, apabila sudah dimekarkan, ibu kota Kab. Cirebon masih tetap di Sumber sehingga tidak akan banyak menyedot APBD. Untuk membangun fisik pemimpin Pemkab Cirebon akan lebih fokus untuk menyejahterakan masyarakat dalam irama percepatan pembangunan.
"Wacana pemekaran itu itu sudah lama dicetuskan pada tahun 1992 , di mana Pemprov Jabar telah menargetkan 42 daerah menjadi kabupaten atau kota, sementara realisasi tahun 2010 sekarang baru 26 kabupaten atau kota. Pemekaran bebas dilakukan dan ini merupakan amanat dari peraturan perundang-undangan," kata Dade. (A-146)*"
Sumber:
Pikiran Rakyat, 17 Mei 2010, dalam :
http://bataviase.co.id/node/215014
Proyek PLTU Minta Distop (Astanajapura)
Megah proyek PLTU dengan investasi mencapai Rp 7 triliun di Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, kembali didemo warga, Rabu (28/4). Ratusan pendemo yang didominasi kaum perempuan (ibu rumahtangga) merupakan aksi kesekian kalinya dengan tuntutan meminta agar pembangunan PLTU distop.
Ratusan pendemo ini belakangan berasal dari Desa Waruduwur Kecamatan Mundu, yang bertetangga dengan desa dimana PLTUtersebut berdiri. Aksi turun ke jalan tersebut terpaksa dilakukan karena dampak dari pembangunan PLTU itu dirasakan warga sudah mencemari lingkungan sekitar.
Aksi warga dilakukan dengan memblokir pintu masuk proyek, sehingga kegiatan pembangunan sempat terhambat warga. Pemblokiran tersebut itu dilakukan warga sebagai bentuk ekspresi warga, yang kini memang kesal karena tuntutan warga selama ini tidak pernah dihiraukan oleh pihak perusahanaan, dalam hal ini PT Cirebon Eleketrik Power (PT CEP).
Tidak hanya sekedar memblokir jalan, warga yang terus mendapatkan pengawalan dari aparat kepolisian tersebut, sempat juga mendirikan tenda, sehingga praktis kendaraan proyek tidak bisa melalui jalan tersebut.
Menurut koordinasi, Aan Anrarudin, aksi yang dilakukan kelompoknya itu merupakan ekspresi dari kekesalan warga terhadap keberadaan PLTU di daerah Kanci. Hal itu dikarenakan proyek tersebut telah membuat rugi warga karena merusak lingkungan sekitar.
“Salah satu contohnya yakni petani kerang hijau yang sangat dirugikan. Pasalnya, sejak ada pembangunan PLTU mereka tidak bisa lagi membudidayakan kerang hijau, akibat imbas pembangunan PLTU, diamana diantaranya terjadi pendangkalan sungai dan sebagainya,” kata Aan seraya menambahkan aksi semacam ini sudah dilakukan puluhan kali hanya saja tidak pernah ditanggapi oleh PT CEP.(darman/sir)
Sumber :
28 April 2010
Ratusan pendemo ini belakangan berasal dari Desa Waruduwur Kecamatan Mundu, yang bertetangga dengan desa dimana PLTUtersebut berdiri. Aksi turun ke jalan tersebut terpaksa dilakukan karena dampak dari pembangunan PLTU itu dirasakan warga sudah mencemari lingkungan sekitar.
Aksi warga dilakukan dengan memblokir pintu masuk proyek, sehingga kegiatan pembangunan sempat terhambat warga. Pemblokiran tersebut itu dilakukan warga sebagai bentuk ekspresi warga, yang kini memang kesal karena tuntutan warga selama ini tidak pernah dihiraukan oleh pihak perusahanaan, dalam hal ini PT Cirebon Eleketrik Power (PT CEP).
Tidak hanya sekedar memblokir jalan, warga yang terus mendapatkan pengawalan dari aparat kepolisian tersebut, sempat juga mendirikan tenda, sehingga praktis kendaraan proyek tidak bisa melalui jalan tersebut.
Menurut koordinasi, Aan Anrarudin, aksi yang dilakukan kelompoknya itu merupakan ekspresi dari kekesalan warga terhadap keberadaan PLTU di daerah Kanci. Hal itu dikarenakan proyek tersebut telah membuat rugi warga karena merusak lingkungan sekitar.
“Salah satu contohnya yakni petani kerang hijau yang sangat dirugikan. Pasalnya, sejak ada pembangunan PLTU mereka tidak bisa lagi membudidayakan kerang hijau, akibat imbas pembangunan PLTU, diamana diantaranya terjadi pendangkalan sungai dan sebagainya,” kata Aan seraya menambahkan aksi semacam ini sudah dilakukan puluhan kali hanya saja tidak pernah ditanggapi oleh PT CEP.(darman/sir)
Sumber :
28 April 2010
Rendemen Gula PG Sindang Laut Naik (Lemahabang)
Tingkat rendemen gula di Pabrik Gula Sindang Laut, Kabuapten Cirebon pada musim giling 2009 sebesar 7,18 persen, naik dibandingkan rata-rata tahun lalu sebesar 6,8 persen. Meningkatnya angka rendemen itu memengaruhi produksi gula dan keuntungan yang diperoleh petani tebu.
Menurut Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan PG Sindang Laut Sumaryono, Rabu (22/7), angka rendemen gula di pabriknya akhirnya lebih dari 7 persen. Sebab, selama tiga tahun terakhir, angka rendemennya selalu di bawah 7 persen. "Rendemen pernah mencapai 7 persen tahun 2006. Padahal kami belum melakukan revitalisasi pabrik. Rencananya baru dilakukan Agustus nanti," ujar Sumaryono, sebelum lelang gula periode ke empat gula Jawa Barat.
Membaiknya angka rendemen karena pemeliharaan mesin giling sangat baik. Ditambah lagi perlakuan on-farm yang baik dari petani tebu di sekitar PG Sindang Laut. Perlakuan tanam dan panen yang baik itu seperti pemupukan yang tepat, tebangan yang bersih dan juga tepat sehingga gula yang dihasilkan maksimal. Oleh karena itu, dari 1.000 kuintal tebu yang digiling, akan menghasilkan 142 kuintal gula. Apabila rendemennya lebih tinggi lagi, maka produksi gula yang dihasilkan bisa sampai 150 kuintal. Akhirnya, petani tebu juga yang diuntungkan.
H Warsa (63) petani di wilayah penggilingan PG Sindang Laut mengatakan, rendemen sangat memengaruhi keuntungan yang akan diperoleh petani. "Tahun ini kami sedang untung. Sebab, selain kualitas gula yang dihasilkan PG Sindang Laut bagus dan lebih putih, harga lelang gula juga sedang bagus," ujar Warsa.
Dalam 53 hari masa giling tebu yang telah berjalan di PG Sindang Laut, sebanyak 56.000 kuintal gula telah diproduksi. Rata-rata per hari 1.750-1.900 ton tebu digiling dan menghasilkan sekitar 1.000-1.300 kuintal gula per hari. Produksi tahun ini, tambah Sumaryono sangat baik. Sebab, dari 1.000 hektar yang sudah dipanen, hanya 1 persen yang gagal panen karena terbakar.
Sumber :
http://regional.kompas.com/read/2009/07/22/16191034/Rendemen.Gula.PG.Sindang.Laut.Naik
22 Juli 2009
Catatan:
Nama Unit Usaha :
PG SINDANG LAUT ( 1896 )
Lokasi Pabrik :
Desa Cipeujeuh Wetan, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon.
17 KM dari kota Cirebon - Jawa Barat
Luas Areal :
2.500 – 3.000 Ha.
Jumlah Tebu :
187.000 – 230.000 Ton
Rendemen :
7,5 -8
Produksi SHS :
14.000 – 18.400 Ton
Kapasitas Giling (Incl) :
1.700 – 2.000 TCD
Tebu berasal dari tebu Kemitraan dengan APTRI.
Teknologi Pengolahan :
Sulfitasi
Sumber :
http://www.pg-rajawali2.com/release/index.php?pilih=hal&id=9
Sumber Gambar:
http://www.pg-rajawali2.com/release/index.php?pilih=hal&id=9
Sukses Membudidayakan Kepiting (Losari)
Budidaya kepiting merupakan salah satu usaha di bidang perikanan yang menguntungkan. Para petani tambak kepiting dapat meraih keuntungan lebih dari seratus persen, dengan bermodalkan peralatan sederhana.
Bibit kepiting yang dibeli seharga 15 ribu rupiah per kilogram, setelah digemukkan selama 2 minggu hingga satu bulan, bisa dijual seharga 30 ribu hingga 50 ribu rupiah per kilogram.
Pemasaran kepiting juga tidak sulit, karena kebutuhannya cukup tinggi untuk restoran sea food. Pasokan kepiting untuk kota Jakarta dan sekitarnya saja dirasakan masih kurang. Apalagi untuk konsumsi kota-kota besar di pulau Jawa dan Bali. Salah satu sentra budidaya dan penggemukan kepiting terdapat di kawasan Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Dari kota Cirebon, Desa Ambulu dapat dicapai selama satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor, mengambil arah ke Brebes, Jawa Tengah. Desa Ambulu, Kecamatan Losari, merupakan sentra penghasil utama kepiting di Kabupaten Cirebon. Desa ini memiliki sungai yang airnya tidak pernah kering.
Penggemukan kepiting dilakukan petani di sungai yang berair payau. Untuk mencapai lokasinya, saya harus melintasi jembatan kecil di tengah sungai. Keramba yang digunakan untuk memelihara kepiting terbuat dari bambu, tersebar di sepanjang sungai.
Para petani kepiting disini tergabung dalam beberapa kelompok nelayan. Salah satunya kelompok Nelayan Rajungan Jaya, yang dipimpin oleh Pak Syamsudin. Kepiting yang dibudidayakan disini jenis kepiting solasi dan kepiting bakau. Keramba tempat penggemukan berukuran dua kali tiga meter. Setiap keramba berisi sekitar lima puluh ekor kepiting.
Kepiting yang diambil dari keramba diikat kakinya dengan tali dari pohon pisang, agar tidak berkeliaran. Saya mencoba ikut mengikat kaki kepiting, namun ternyata tidak mudah.
Kepiting laki-laki dipanen setelah berumur setengah bulan. Sedangkan kepiting perempuan dipanen setelah bertelur dan berusia satu bulan. Harga kepiting laki-laki sekitar 30 ribu rupiah per kg. Sedangkan kepiting betina 50 ribu rupiah per kg.
Kepiting yang baru diambil dari keramba dikumpulkan di dalam keranjang. Kepiting solasi dan kepiting bakau yang digemukkan disini merupakan kepiting pilihan. Bila dimasak rasa dagingnya lebih gurih. Kelezatannya sudah sangat dikenal para penikmat kepiting.
Untuk merasakan bagaimana lezatnya daging kepiting saya mencoba memasaknya. Istri Pak Syamsudin mengajari saya memasak kepiting dengan cara merebusnya di dalam kuali.
Nah sekarang saya ingin menikmati kepiting yang telah masak. Agar lebih sedap diberi bumbu dengan saos tiram. Heemm, dari tampilannya saja sudah sangat mengundang selera.Rasa daging kepiting ini memang lezat, karena itu tidak salah kalau banyak yang menggemarinya. (Helmi Azahar/Sup)
Sumber :
Reporter : Fella Sumendap, Yadi Supyandi
Juru Kamera : Hengki Wiramada
Penyunting Gambar : Wahyu Indra Rukmana
Lokasi : Losari, Cirebon, Jawa Barat
On Air: 10 Juli 2008 Pukul 12.30 WIB indosiar.com
http://www.indosiar.com/news/kisi-kisi/7…
Bibit kepiting yang dibeli seharga 15 ribu rupiah per kilogram, setelah digemukkan selama 2 minggu hingga satu bulan, bisa dijual seharga 30 ribu hingga 50 ribu rupiah per kilogram.
Pemasaran kepiting juga tidak sulit, karena kebutuhannya cukup tinggi untuk restoran sea food. Pasokan kepiting untuk kota Jakarta dan sekitarnya saja dirasakan masih kurang. Apalagi untuk konsumsi kota-kota besar di pulau Jawa dan Bali. Salah satu sentra budidaya dan penggemukan kepiting terdapat di kawasan Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Dari kota Cirebon, Desa Ambulu dapat dicapai selama satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor, mengambil arah ke Brebes, Jawa Tengah. Desa Ambulu, Kecamatan Losari, merupakan sentra penghasil utama kepiting di Kabupaten Cirebon. Desa ini memiliki sungai yang airnya tidak pernah kering.
Penggemukan kepiting dilakukan petani di sungai yang berair payau. Untuk mencapai lokasinya, saya harus melintasi jembatan kecil di tengah sungai. Keramba yang digunakan untuk memelihara kepiting terbuat dari bambu, tersebar di sepanjang sungai.
Para petani kepiting disini tergabung dalam beberapa kelompok nelayan. Salah satunya kelompok Nelayan Rajungan Jaya, yang dipimpin oleh Pak Syamsudin. Kepiting yang dibudidayakan disini jenis kepiting solasi dan kepiting bakau. Keramba tempat penggemukan berukuran dua kali tiga meter. Setiap keramba berisi sekitar lima puluh ekor kepiting.
Kepiting yang diambil dari keramba diikat kakinya dengan tali dari pohon pisang, agar tidak berkeliaran. Saya mencoba ikut mengikat kaki kepiting, namun ternyata tidak mudah.
Kepiting laki-laki dipanen setelah berumur setengah bulan. Sedangkan kepiting perempuan dipanen setelah bertelur dan berusia satu bulan. Harga kepiting laki-laki sekitar 30 ribu rupiah per kg. Sedangkan kepiting betina 50 ribu rupiah per kg.
Kepiting yang baru diambil dari keramba dikumpulkan di dalam keranjang. Kepiting solasi dan kepiting bakau yang digemukkan disini merupakan kepiting pilihan. Bila dimasak rasa dagingnya lebih gurih. Kelezatannya sudah sangat dikenal para penikmat kepiting.
Untuk merasakan bagaimana lezatnya daging kepiting saya mencoba memasaknya. Istri Pak Syamsudin mengajari saya memasak kepiting dengan cara merebusnya di dalam kuali.
Nah sekarang saya ingin menikmati kepiting yang telah masak. Agar lebih sedap diberi bumbu dengan saos tiram. Heemm, dari tampilannya saja sudah sangat mengundang selera.Rasa daging kepiting ini memang lezat, karena itu tidak salah kalau banyak yang menggemarinya. (Helmi Azahar/Sup)
Sumber :
Reporter : Fella Sumendap, Yadi Supyandi
Juru Kamera : Hengki Wiramada
Penyunting Gambar : Wahyu Indra Rukmana
Lokasi : Losari, Cirebon, Jawa Barat
On Air: 10 Juli 2008 Pukul 12.30 WIB indosiar.com
http://www.indosiar.com/news/kisi-kisi/7…
Kabupaten Cirebon Timur - Lambangnya Gunung Retak
Kaukus Pemekaran Cirebon Timur (KPCT) sudah merancang lambang dan slogan daerah Kabupaten Cirebon Timur apabila mekar kelak. Lambang berbentuk perisai akan diluncurkan secara resmi dalam rapat evaluasi KPCT pada hari ke 70 menuju mendagri.
Menurut bocoran yang disampaikan Koordinator KPCT Qorib SH saat ditemui Radar (12/7) kemarin, lambang tersebut masih dalam rancangan awal dan belum dimusyawarahkan dengan rekan-rekan KPCT lain. Tapi, lambang tersebut merupakan representasi segala unsur yang ada di Kabupaten Cirebon Timur.
“Ini baru rancangan segelintir orang, mudah-mudahan lambang tanda postif bagi terlaksananya proses pemekaran yang sudah diidam-idamkan selama 18 tahun lalu,” paparnya.
Saat dimintai untuk mendeskripsikan lambang Kab Cirebon Timur, Qorib mengatakan ada beberapa simbol yang dimasukkan dalam lambang tersebut. Pertama adalah gambar bintang yang berjumlah 18. ”Itu menandakan ada sekitar 18 kecamatan yang akan bernaung dalam Kabupaten Cirebon Timur dari mulai ujung barat hingga ujung timur dan ujung utara hingga ujung selatan,” kata mantan aktivis mahasiswa ini.
Kemudian ada simbol kujang dan di bawahnya gunung yang retak. Hal tersebut mengandung arti bahwa Kabupaten Cirebon Timur masih berada dalam Jawa Barat. Sementara simbol gunung retak adalah bahwa di WTC tidak ada gunung atau bukit yang indah, karena sudah habis dipapas untuk galian C. ”Ini kondisi riil, kita tidak boleh berbohong kepada publik,” ujar Qorib.
Dia melanjutkan, Gapura, padi dan kapas adalah menggambarkan kalau wilayah Kab. Cirebon Timur merupakan warisan para wali dan terbuka untuk siapa saja. Sementara padi dan kapas melambangkan kesuburan dan kesejahteraan.
Di bawahnya ada empat simbol potensi pertanian dan kelautan yang menjadi adalan dan komoditi perekonomian warga WTC yakni lambang tanaman tebu, bawang, kepiting dan ikan.
”Ini harus kita cantumkan, karena keempat potensi alam ini akan kita maksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat yang selama ini kurang tersentuh oleh kebijakan pembangunan Kabupaten Cirebon”, paparnya. Masih Qorib, untuk warna melambangkan beberapa arti, warna kuning berati semangat masyarakt untuk madiri. Biru, berarti perdamaian. (jun)
Sumber :
http://radarcirebon.com/2010/07/13/lambangnya-gunung-retak/
Menurut bocoran yang disampaikan Koordinator KPCT Qorib SH saat ditemui Radar (12/7) kemarin, lambang tersebut masih dalam rancangan awal dan belum dimusyawarahkan dengan rekan-rekan KPCT lain. Tapi, lambang tersebut merupakan representasi segala unsur yang ada di Kabupaten Cirebon Timur.
“Ini baru rancangan segelintir orang, mudah-mudahan lambang tanda postif bagi terlaksananya proses pemekaran yang sudah diidam-idamkan selama 18 tahun lalu,” paparnya.
Saat dimintai untuk mendeskripsikan lambang Kab Cirebon Timur, Qorib mengatakan ada beberapa simbol yang dimasukkan dalam lambang tersebut. Pertama adalah gambar bintang yang berjumlah 18. ”Itu menandakan ada sekitar 18 kecamatan yang akan bernaung dalam Kabupaten Cirebon Timur dari mulai ujung barat hingga ujung timur dan ujung utara hingga ujung selatan,” kata mantan aktivis mahasiswa ini.
Kemudian ada simbol kujang dan di bawahnya gunung yang retak. Hal tersebut mengandung arti bahwa Kabupaten Cirebon Timur masih berada dalam Jawa Barat. Sementara simbol gunung retak adalah bahwa di WTC tidak ada gunung atau bukit yang indah, karena sudah habis dipapas untuk galian C. ”Ini kondisi riil, kita tidak boleh berbohong kepada publik,” ujar Qorib.
Dia melanjutkan, Gapura, padi dan kapas adalah menggambarkan kalau wilayah Kab. Cirebon Timur merupakan warisan para wali dan terbuka untuk siapa saja. Sementara padi dan kapas melambangkan kesuburan dan kesejahteraan.
Di bawahnya ada empat simbol potensi pertanian dan kelautan yang menjadi adalan dan komoditi perekonomian warga WTC yakni lambang tanaman tebu, bawang, kepiting dan ikan.
”Ini harus kita cantumkan, karena keempat potensi alam ini akan kita maksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat yang selama ini kurang tersentuh oleh kebijakan pembangunan Kabupaten Cirebon”, paparnya. Masih Qorib, untuk warna melambangkan beberapa arti, warna kuning berati semangat masyarakt untuk madiri. Biru, berarti perdamaian. (jun)
Sumber :
http://radarcirebon.com/2010/07/13/lambangnya-gunung-retak/
Wilayah Cirebon Timur Belum Siap Dimekarkan
Bupati Cirebon tidak akan menolak pemekaran di wilayah Kabupaten Cirebon. Namun pemekaran tersebut harus mengikuti mekanisme yang berlaku.
"Saya tidak akan melarang pemekaran wilayah Kabupaten Cirebon, khususnya di wilayah timur Cirebon," kata Bupati Cirebon, Dedi Supardi, Rabu (16/6). Menurut Dedi pemekaran daerah merupakan hak politik dalam alam demokrasi dan patut untuk diserap aspirasinya.
Hanya saja pemekaran daerah tersebut harus sesuai dengan mekanisme yang ada. "Terlebih dahulu harus ada persetujuan dari BPD, partai politik dan tokoh masyarakat," katanya. Kalau mereka semua sudah setuju, barulah pemekaran tersebut bisa dilakukan.
Selain itu, pemekaran daerah pun harus sesuai dengan mekanisme aturan perundangan-undangan dan cara-cara positif yang berlaku. "Tidak perlu demo-demo lah, silakan menggunakan mekanisme yang baik," katanya.
Dedi sendiri memprediksi pemekaran di wilayah timur Cirebon (WTC) baru bisa dilakukan sekitar 5 tahun lagi. "Kalau sekarang dilakukan, harus dipikirkan ulang," katanya. Karena pendapatan asli daerah (PAD) dari wilayah timur Cirebon baru menyumbang sekitar 30 persen saja.
Seperti diketahui, sejumlah elemen masyarakat sekitar sebulan ini berkali-kali melakukan unjuk rasa menuntut pemekaran Kabupaten Cirebon, khususnya yang berada di wilayah timur. Keingingan tersebut dikarenakan selama ini Pemkab Cirebon hanya memprioritaskan pembangunan di wilayah Kabupaten Cirebon bagian barat, sedangkan bagian timur tidak diperhatikan.
Namun niat dan berbagai demo yang dilakukan sejumlah elemen masyarakat tersebut ternyata tidak didukung penuh sejumlah Badan Perwakilan Desa (BPD) di wilayah timur Kabupaten Cirebon. Sikap mereka terbagi, ada yang mendukung, abstain hingga menolak pemekaran.
Seperti diungkapkan Ketua Asosiasi BPD Kecamatan Karangsembung, Karsan. "Sebelum pemekaran saja, Kabupaten Cirebon yang sudah berusia 528 tahun belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," katanya.
Karenanya ia pun tidak bisa membayangkan jika pemekaran wilayah timur dilakukan dalam waktu dekat ini. Sedangkan yang mendukung pemekaran beralasan jika pemekaran daerah justru bisa mempermudah pelayanan terhadap masyarakat.
Ivansyah
Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/06/16/brk,20100616-255680,id.html
16 Juni 2010
"Saya tidak akan melarang pemekaran wilayah Kabupaten Cirebon, khususnya di wilayah timur Cirebon," kata Bupati Cirebon, Dedi Supardi, Rabu (16/6). Menurut Dedi pemekaran daerah merupakan hak politik dalam alam demokrasi dan patut untuk diserap aspirasinya.
Hanya saja pemekaran daerah tersebut harus sesuai dengan mekanisme yang ada. "Terlebih dahulu harus ada persetujuan dari BPD, partai politik dan tokoh masyarakat," katanya. Kalau mereka semua sudah setuju, barulah pemekaran tersebut bisa dilakukan.
Selain itu, pemekaran daerah pun harus sesuai dengan mekanisme aturan perundangan-undangan dan cara-cara positif yang berlaku. "Tidak perlu demo-demo lah, silakan menggunakan mekanisme yang baik," katanya.
Dedi sendiri memprediksi pemekaran di wilayah timur Cirebon (WTC) baru bisa dilakukan sekitar 5 tahun lagi. "Kalau sekarang dilakukan, harus dipikirkan ulang," katanya. Karena pendapatan asli daerah (PAD) dari wilayah timur Cirebon baru menyumbang sekitar 30 persen saja.
Seperti diketahui, sejumlah elemen masyarakat sekitar sebulan ini berkali-kali melakukan unjuk rasa menuntut pemekaran Kabupaten Cirebon, khususnya yang berada di wilayah timur. Keingingan tersebut dikarenakan selama ini Pemkab Cirebon hanya memprioritaskan pembangunan di wilayah Kabupaten Cirebon bagian barat, sedangkan bagian timur tidak diperhatikan.
Namun niat dan berbagai demo yang dilakukan sejumlah elemen masyarakat tersebut ternyata tidak didukung penuh sejumlah Badan Perwakilan Desa (BPD) di wilayah timur Kabupaten Cirebon. Sikap mereka terbagi, ada yang mendukung, abstain hingga menolak pemekaran.
Seperti diungkapkan Ketua Asosiasi BPD Kecamatan Karangsembung, Karsan. "Sebelum pemekaran saja, Kabupaten Cirebon yang sudah berusia 528 tahun belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," katanya.
Karenanya ia pun tidak bisa membayangkan jika pemekaran wilayah timur dilakukan dalam waktu dekat ini. Sedangkan yang mendukung pemekaran beralasan jika pemekaran daerah justru bisa mempermudah pelayanan terhadap masyarakat.
Ivansyah
Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/06/16/brk,20100616-255680,id.html
16 Juni 2010
Masyarakat Wilayah Timur Cirebon Deklarasikan Kaukus Pemekaran Cirebon Timur
Cirebon, Keinginan masyarakat di Wilayah Timur Kabupaten Cirebon untuk memisahkan diri dari Kabupaten Cirebon dengan membentuk Kabupaten sendiri kembali mengemuka. Bertempat di salah satu Hotel di Wilayah Timur Kabupaten Cirebon, ratusan tokoh masyarakat, LSM, Alim Ulama dan tokoh pemuda di Wilayah Timur mendeklarasikan Kaukus Pemekaran Cirebon Timur.
Koordinator Kaukus Pemekaran Cirebon Timur, Qorib kepada RRI seusai acara mengatakan, deklarasi merupakan puncak dari kekecewaan masyarakat Wilayah Timur Kabupaten Cirebon terhadap kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon yang selama ini kurang menyentuh ke Wilayah Timur Kabupaten Cirebon.
Untuk itu, tegas Qorib, Kaukus Pemekaran Cirebon Timur ini bertujuan untuk mempertegas keinginan masyarakat Wilayah Timur Cirebon untuk membentuk Kabupaten tersendiri.
Diungkapkan Qorib, perjuangan Wilayah Timur Kabupaten Cirebon untuk membentuk wilayah sendiri sudah dimulai sejak 30 tahun yang lalu. Namun hingga saat ini belum terealisasi dikarenakan adanya perbedaan persepsi dari LSM-LSM yang selama ini gencar menyuarakan Pemekaran Cirebon Timur.
Qorib berharap, kepada seluruh anggota DPRD Kabupaten Cirebon yang berasal dari Daerah Pemilihan Wilayah Timur Cirebon untuk memberikan dukungan dalam memperjuangkan Wilayah Timur Kabupaten Cirebon menjadi Kabupaten sendiri. (Alek Sunardi/DS)
Sumber :
http://pro3rri.com/index.php?option=com_content&view=article&id=10464:masyarakat-wilayah-timur-cirebon-deklarasikan-kaukus-pemekaran-cirebon-timur&catid=45:politik&Itemid=112
2 Mei 2010
Koordinator Kaukus Pemekaran Cirebon Timur, Qorib kepada RRI seusai acara mengatakan, deklarasi merupakan puncak dari kekecewaan masyarakat Wilayah Timur Kabupaten Cirebon terhadap kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon yang selama ini kurang menyentuh ke Wilayah Timur Kabupaten Cirebon.
Untuk itu, tegas Qorib, Kaukus Pemekaran Cirebon Timur ini bertujuan untuk mempertegas keinginan masyarakat Wilayah Timur Cirebon untuk membentuk Kabupaten tersendiri.
Diungkapkan Qorib, perjuangan Wilayah Timur Kabupaten Cirebon untuk membentuk wilayah sendiri sudah dimulai sejak 30 tahun yang lalu. Namun hingga saat ini belum terealisasi dikarenakan adanya perbedaan persepsi dari LSM-LSM yang selama ini gencar menyuarakan Pemekaran Cirebon Timur.
Qorib berharap, kepada seluruh anggota DPRD Kabupaten Cirebon yang berasal dari Daerah Pemilihan Wilayah Timur Cirebon untuk memberikan dukungan dalam memperjuangkan Wilayah Timur Kabupaten Cirebon menjadi Kabupaten sendiri. (Alek Sunardi/DS)
Sumber :
http://pro3rri.com/index.php?option=com_content&view=article&id=10464:masyarakat-wilayah-timur-cirebon-deklarasikan-kaukus-pemekaran-cirebon-timur&catid=45:politik&Itemid=112
2 Mei 2010
Masyarakat Cirebon Timur Minta Pemekaran
Puluhan massa yang tergabung dalam Forum Bersama Kaukus Pemekaran Cirebon Timur (KPCT) mendatangi gedung DPRD dan kantor Setda Kab. Cirebon di Sumber, Rabu (5/5) siang sekitar pukul 10.45 WIB. Mereka menuntut pemekaran wilayah Kab. Cirebon bagian timur.
Massa yang mengendarai mobil dan sejumlah sepeda motor awalnya melakukan orasi di depan pintu gerbang DPRD Kab. Cirebon. Mereka ditemua Wakil Ketua DPRD, H. Agus Efendi disertai Hermanto, anggota DPRD dari wilayah Cirebon timur yang juga dari Partai Bulan Bintang dan Yuningsih. Dari PKB.
Unjuk rasa yang berlangsung tertib itu juga dilanjutkan di depan kantor Setda Kab. Cirebon, namun, mereka hanya ditemui Sekda H. Nur Riyaman Novianto. Pada sekitar pukul 11.45 WIB, mereka membubarkan diri.
Dalam orasinya, mereka menuntut untuk dilakukannya pemekaran atas wilayah Kabupaten Cirebon bagian timur yang mencapai 18 buah kecamatan dan 119 desa, karena berbagai alasan. Di antaranya, pembangunan di wilayah Kab. Cirebon di bagian timur kurang diperhatikan, bahkan, cenderung dianaktirikan.
"Kami masyarakat Kabupaten Cirebon di wilayah timur kurang mendapat perhatian baik dari eksekutif maupun legislatif, bahkan, merasa dianaktirikan," kata koordinator aksi, M. Qoribullah Seh Magelung Sakti, di sela-sela unjuk rasa.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan wilayah Kabupaten Cirebon lainnya, pembangunan di wilayah timur jauh tertinggal, terutama pembangunan infrastruktur jalan, saat ini banyak yang rusak parah.
Sementara itu, Sa'adi aktifis LSM Geger yang turut berorasi menambahkan, usia Kabupaten Cirebon yang sudah mencapai 508 tahun, namun, pembangunan di wilayah timur nyatanya tertinggal, ini artinya Pemkab tidak mampu menjangkau seluruh wilayah, terutama di timur sehingga solusinya adalah pemekaran.
"Kerusakan infrastruktur jalan di wilayah yimur sudah nyata dan sangat parah sehingga perlu perbaikan segera. APBD yang jumlahnya sangat kecil bagi wilayah Cirebon timur merupakan bentuk diskriminasi sehingga solusinya yaitu pemekaran," kata Sa,adi menegaskan.
Disebutkan, saat ini pihaknya sudah melakukan proses atas aspirasi masyarakat wilayah timur Kabupaten Cirebon tersebut untuk pemekaran, termasuk telah menyampaikannya ke Mendagri. diharapkan dari legislatif maupun eksekutif turut mengusungnya.
Wakil Ketua DPRD Kab. Cirebon, H. Agus Efendi, menyatakan, akan melakukan diskusi dengan pihak pemerintah Kab. Cirebon terkait aspirasi masyarakat Kab. Cirebon di wilayah timur. "Nanti kami akan melakukan diskusi dengan pihak eksekutif terkait masalah ini," katanya.
Sementara itu, Sekda Kab. Cirebon, H. Nur Riyaman Novianto ketika menemui para pengunjuk rasa mengatakan, sangat menghargai aspirasi yang berkembang di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan di wilayah Kab. Cirebon bagian timur.
"Kami tetap akan mengawal sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Mudah-mudahan apa yang menjadi keinginan masyarakat banyak direspon berbagai pihak baik legislatif maupun eksekutif," katanya.(A-146/kur).***
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/node/112799
5 Mei 2010
Massa yang mengendarai mobil dan sejumlah sepeda motor awalnya melakukan orasi di depan pintu gerbang DPRD Kab. Cirebon. Mereka ditemua Wakil Ketua DPRD, H. Agus Efendi disertai Hermanto, anggota DPRD dari wilayah Cirebon timur yang juga dari Partai Bulan Bintang dan Yuningsih. Dari PKB.
Unjuk rasa yang berlangsung tertib itu juga dilanjutkan di depan kantor Setda Kab. Cirebon, namun, mereka hanya ditemui Sekda H. Nur Riyaman Novianto. Pada sekitar pukul 11.45 WIB, mereka membubarkan diri.
Dalam orasinya, mereka menuntut untuk dilakukannya pemekaran atas wilayah Kabupaten Cirebon bagian timur yang mencapai 18 buah kecamatan dan 119 desa, karena berbagai alasan. Di antaranya, pembangunan di wilayah Kab. Cirebon di bagian timur kurang diperhatikan, bahkan, cenderung dianaktirikan.
"Kami masyarakat Kabupaten Cirebon di wilayah timur kurang mendapat perhatian baik dari eksekutif maupun legislatif, bahkan, merasa dianaktirikan," kata koordinator aksi, M. Qoribullah Seh Magelung Sakti, di sela-sela unjuk rasa.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan wilayah Kabupaten Cirebon lainnya, pembangunan di wilayah timur jauh tertinggal, terutama pembangunan infrastruktur jalan, saat ini banyak yang rusak parah.
Sementara itu, Sa'adi aktifis LSM Geger yang turut berorasi menambahkan, usia Kabupaten Cirebon yang sudah mencapai 508 tahun, namun, pembangunan di wilayah timur nyatanya tertinggal, ini artinya Pemkab tidak mampu menjangkau seluruh wilayah, terutama di timur sehingga solusinya adalah pemekaran.
"Kerusakan infrastruktur jalan di wilayah yimur sudah nyata dan sangat parah sehingga perlu perbaikan segera. APBD yang jumlahnya sangat kecil bagi wilayah Cirebon timur merupakan bentuk diskriminasi sehingga solusinya yaitu pemekaran," kata Sa,adi menegaskan.
Disebutkan, saat ini pihaknya sudah melakukan proses atas aspirasi masyarakat wilayah timur Kabupaten Cirebon tersebut untuk pemekaran, termasuk telah menyampaikannya ke Mendagri. diharapkan dari legislatif maupun eksekutif turut mengusungnya.
Wakil Ketua DPRD Kab. Cirebon, H. Agus Efendi, menyatakan, akan melakukan diskusi dengan pihak pemerintah Kab. Cirebon terkait aspirasi masyarakat Kab. Cirebon di wilayah timur. "Nanti kami akan melakukan diskusi dengan pihak eksekutif terkait masalah ini," katanya.
Sementara itu, Sekda Kab. Cirebon, H. Nur Riyaman Novianto ketika menemui para pengunjuk rasa mengatakan, sangat menghargai aspirasi yang berkembang di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan di wilayah Kab. Cirebon bagian timur.
"Kami tetap akan mengawal sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Mudah-mudahan apa yang menjadi keinginan masyarakat banyak direspon berbagai pihak baik legislatif maupun eksekutif," katanya.(A-146/kur).***
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/node/112799
5 Mei 2010
Kabupaten Cirebon Timur Diminta Dibentuk
Ratusan orang menuntut pemekaran Cirebon Timur, Jawa Barat, menjadi kabupaten. Tuntutan dilontarkan dalam unjuk rasa di Gedung DPRD Cirebon, Rabu (5/5).
Massa meminta anggota dewan mendukung realisasi pemekaran Cirebon Timur. Selama ini, menurut mereka, wilayah timur Cirebon tertinggal jauh dibandingkan wilayah lain di Cirebon. Perhatian pemerintah pun dianggap minim. Sebab, menganggarkan hanya 27 persen APBD untuk timur Cirebon.
Massa sempat emosi lantaran anggota dewan lamban merespon kedatangan mereka. Seorang demonstran berhasil masuk dan menyampaikan keinginan massa.
Tak puas di gedung dewan, massa bergerak ke Kantor Bupati Cirebon. Mereka datang dengan tujuan serupa. Di akhir demo, massa mengancam kembali jika keinginan tak digubris.(Abdul Jalil/*****)
Sumber :
http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newscat/nusantara/2010/05/05/17089/Kabupaten-Cirebon-Timur-Diminta-Dibentuk
5 Mei 2010
Massa meminta anggota dewan mendukung realisasi pemekaran Cirebon Timur. Selama ini, menurut mereka, wilayah timur Cirebon tertinggal jauh dibandingkan wilayah lain di Cirebon. Perhatian pemerintah pun dianggap minim. Sebab, menganggarkan hanya 27 persen APBD untuk timur Cirebon.
Massa sempat emosi lantaran anggota dewan lamban merespon kedatangan mereka. Seorang demonstran berhasil masuk dan menyampaikan keinginan massa.
Tak puas di gedung dewan, massa bergerak ke Kantor Bupati Cirebon. Mereka datang dengan tujuan serupa. Di akhir demo, massa mengancam kembali jika keinginan tak digubris.(Abdul Jalil/*****)
Sumber :
http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newscat/nusantara/2010/05/05/17089/Kabupaten-Cirebon-Timur-Diminta-Dibentuk
5 Mei 2010
Bupati Setuju Kabupaten Cirebon Dimekarkan
Bupati Cirebon Drs H Dedi Supardi MM (16/06) di Desa Mertapada Kecamatan Astana Japura dalam pertemuannya dengan para petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menegaskan, pihaknya setuju Kabupaten Cirebon dimekarkan menjadi Kabupaten Cirebon Barat dan Kabupaten Cirebon Timur.
Tapi itu setelah tahun 2013, saya tahu rencana itu sudah digulirkan sejak lama katanya. Tapi sekarang yang penting membuat Wilayah Timur Cirebon (WTC) maju lebih dulu. Menurutnya Proyek PLTU dan Jalan Tol adalah sebuah langkah awal bagi kemajuan WTC, begitu juga dengan potensi Zona Industri yang belum dikembangkan secara baik.
Yang jelas menurutnya masih banyak hal yang perlu dibenahi, dan pihaknya akan melakukan langkah-langkah untuk ikut mewujudkan mimpi membentuk Kabupaten Cirebon Timur itu. Supaya nanti kalau dibentuk, sudah banyak sarana dan prasarana yang memadai, katanya.
Pertemuan dengan GOW
Sementara itu dalam pertemuan dengan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) di Asrama Haji Watu Belah (17/06), Bupati menegaskan pentingnya menjalankan program-program bidang pemerintahan, seiring dengan banyaknya jumlah penduduk Kabupaten Cirebon.
Pada saat baru menjadi Bupati tahun 2003 lalu, jumlah Kecamatan di Kabupaten Cirebon baru 32 buah. Pada tahun 2008 sekarang telah berkembang menjadi 40 buah.
Hal itu dilakukan untuk pemerataan pembangunan hingga ke tingkat desa. Selain itu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dengan pemekaran wilayah kecamatan, pelayanan lebih dekat dan lebih banyak aparatur pelayanannya, sehingga lebih cepat dan efisien.
Dana alokasi umum desa yang sekarang disebut Alokasi Dana Desa (ADD) juga sudah ditingkatkan, pada tahun 2002 hanya sebesar Rp10 juta, sekarang mencapai antara Rp60 juta-Rp80 juta. Ketua RT dan RW mendapat santunan, sebagai honor yang dulu tidak ada atas kerja mereka.
Hal yang mendesak adalah pengembangan bidang keagamaan dan pendidikan agama. Pada tahun 2002, dana untuk program-program keagamaan dan pendidikan agama hanya sekitar Rp2,3 miliar, sekarang tahun 2008 mencapai Rp36 miliar.
Dana itu diperuntukkan antara lain untuk perbaikan musholla,424 pondok pesantren, madrasah ibtidaiyah, masjid tiap kecamatan, TK Alquran, dan menggratiskan Madrasah Diniyah/ Ibtidaiyah tahun 2007.
Selain itu Bupati meminta kepada semua pihak terutama Organisasi-organisasi Wanita, untuk turut berperan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Cirebon. Dalam skalan prioritas APBD saat ini, peningkatan daya beli masyarakat harus terasa secara signifikan. Untuk itu pendidikan gratis bagi SMP/MTs adalah salahsatu solusi di tahun 2008.
Selain diharapkan warga Kabupaten Cirebon bisa sekolah lebih tinggi dan pintar-pintar, dana keluarga bisa dialokasikan untuk hal penting lainnya.
Selain pendidikan kemudahan bagi masyarakat mendapat pelayanan berobat yang dekat dengan tempat tinggalnya dan murah juga menjadi program penting. Untuk itu puskesmas dibeberapa tempat sudah memberikan layanan yang tarafnya lebih tinggi, selain juga membentuk Pos Kesehatan Desa. (ck-71)
Sumber :
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=51216
23 Juli 2010
Tapi itu setelah tahun 2013, saya tahu rencana itu sudah digulirkan sejak lama katanya. Tapi sekarang yang penting membuat Wilayah Timur Cirebon (WTC) maju lebih dulu. Menurutnya Proyek PLTU dan Jalan Tol adalah sebuah langkah awal bagi kemajuan WTC, begitu juga dengan potensi Zona Industri yang belum dikembangkan secara baik.
Yang jelas menurutnya masih banyak hal yang perlu dibenahi, dan pihaknya akan melakukan langkah-langkah untuk ikut mewujudkan mimpi membentuk Kabupaten Cirebon Timur itu. Supaya nanti kalau dibentuk, sudah banyak sarana dan prasarana yang memadai, katanya.
Pertemuan dengan GOW
Sementara itu dalam pertemuan dengan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) di Asrama Haji Watu Belah (17/06), Bupati menegaskan pentingnya menjalankan program-program bidang pemerintahan, seiring dengan banyaknya jumlah penduduk Kabupaten Cirebon.
Pada saat baru menjadi Bupati tahun 2003 lalu, jumlah Kecamatan di Kabupaten Cirebon baru 32 buah. Pada tahun 2008 sekarang telah berkembang menjadi 40 buah.
Hal itu dilakukan untuk pemerataan pembangunan hingga ke tingkat desa. Selain itu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dengan pemekaran wilayah kecamatan, pelayanan lebih dekat dan lebih banyak aparatur pelayanannya, sehingga lebih cepat dan efisien.
Dana alokasi umum desa yang sekarang disebut Alokasi Dana Desa (ADD) juga sudah ditingkatkan, pada tahun 2002 hanya sebesar Rp10 juta, sekarang mencapai antara Rp60 juta-Rp80 juta. Ketua RT dan RW mendapat santunan, sebagai honor yang dulu tidak ada atas kerja mereka.
Hal yang mendesak adalah pengembangan bidang keagamaan dan pendidikan agama. Pada tahun 2002, dana untuk program-program keagamaan dan pendidikan agama hanya sekitar Rp2,3 miliar, sekarang tahun 2008 mencapai Rp36 miliar.
Dana itu diperuntukkan antara lain untuk perbaikan musholla,424 pondok pesantren, madrasah ibtidaiyah, masjid tiap kecamatan, TK Alquran, dan menggratiskan Madrasah Diniyah/ Ibtidaiyah tahun 2007.
Selain itu Bupati meminta kepada semua pihak terutama Organisasi-organisasi Wanita, untuk turut berperan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Cirebon. Dalam skalan prioritas APBD saat ini, peningkatan daya beli masyarakat harus terasa secara signifikan. Untuk itu pendidikan gratis bagi SMP/MTs adalah salahsatu solusi di tahun 2008.
Selain diharapkan warga Kabupaten Cirebon bisa sekolah lebih tinggi dan pintar-pintar, dana keluarga bisa dialokasikan untuk hal penting lainnya.
Selain pendidikan kemudahan bagi masyarakat mendapat pelayanan berobat yang dekat dengan tempat tinggalnya dan murah juga menjadi program penting. Untuk itu puskesmas dibeberapa tempat sudah memberikan layanan yang tarafnya lebih tinggi, selain juga membentuk Pos Kesehatan Desa. (ck-71)
Sumber :
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=51216
23 Juli 2010
Langganan:
Postingan (Atom)